Kecam Obama, Presiden Filipina: “Saya bukan Boneka Amerika”

Presiden Obama dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte-1
Presiden Obama dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte

SALAM-ONLINE: Ketegangan Presiden Filipina Rodrigo Duterte dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama semakin memanas. Duterte mengeluarkan kecamannya kepada Obama terkait tuduhan AS atas operasi terhadap para pengedar obat-obatan terlarang yang dinilai tak sesuai dengan HAM.

Padahal, keduanya akan bertemu di Laos pekan ini, karena Obama akan menghadiri pertemuan pemimpin Asia Tenggara.

Para pejabat Gedung Putih sebelumnya mengatakan Obama akan menghadapi langsung Duterte, terkait penanganan Filipina terhadap pengedar narkoba.

“Dia (Obama) pikir dia siapa? Saya bukan boneka Amerika. Saya presiden dari sebuah negara yang berdaulat dan saya tidak bertanggungjawab kepada siapapun kecuali terhadap orang-orang Filipina,” kata Duterte seperti dilansir CNN, Selasa (6/9).

Bahkan, tanpa ragu ia melontarkan umpatan yang cukup kasar dan ditujukan kepada Obama. “Son of the bitch, I will swear at you, keparat Anda (Obama),” ujar Duterte.

Duterte turut menyalahkan AS sebagai dalang kerusuhan di Mindanao. Ia mengatakan kerusuhan di Mindanao merupakan masalah yang diwariskan Amerika Serikat.

“Amerika adalah pewaris masalah di Filipina, karena mereka telah menginvasi Filipina dan mamaksa orang-orang tunduk, sampai membuat semua orang memiliki catatan mengerikan, pembunuhan di luar hukum. Lihatlah, hak asasi manusia Amerika selama ini, cara mereka memperlakukan para migran di sana,” ungkap Duterte.

Baca Juga

Sebagai tanggapan, Barack Obama meminta rencana pertemuan dengan Duterte tidak usah dilanjutkan. Obama berdalih bahwa ia ingin setiap pertemuan yang dilakukan merupakan langkah produktif, dengan kesepakatan yang bisa dibawa setelah pertemuan, bukan sebaliknya.

“Saya selalu ingin memastikan bahwa saya memiliki pertemuan yang produktif dan kita mendapatkan sesuatu untuk dilakukan,” ujar Obama.

Sejak Duterte terpilih, lebih dari 1.900 orang tewas, termasuk setidaknya 700 orang dalam operasi polisi sebagai bagian dari perang garis keras Presiden terhadap para pengedar obat-obatan terlarang.

Perang terhadap pengedar obat-obat terlarang itu dilakukan sejak Duterte memenangkan pemilihan umum, meskipun dunia internasional menyatakan kecaman. “Kampanye melawan narkotika akan terus berlanjut,” tegasnya.

Dia juga menegaskankan tidak peduli terhadap pendapat dari orang-orang yang mengamati tindakannya yang tidak menerima perintah dari Amerika Serikat, yang pernah menjajah Filipina. (EZ/salam-online)

Sumber: CNN

Baca Juga