JAKARTA (SALAM-ONLINE): Mantan Ketua Umum DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Beni Pramula menyatakan bahwa PDIP di bawah Ketumnya, Megawati, kini makin memperlihatkan wajah aslinya dengan memproduksi kebijakan-kebijakan yang pro pengusaha dan korporat ketimbang wong cilik.
Padahal, ujarnya, derasnya gelombang penolakan masyarakat terhadap Ahok semakin hari kian tak terbendung. Banyak kebijakan Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Ahok yang tidak sesuai, khususnya soal penggusuran. Gaya kepemimpinan Ahok banyak yang sangat menyulitkan hidup rakyat kecil alias wong cilik.
“PDIP dibawah komando Megawati kini telah memperlihatkan wajah aslinya dengan memproduksi kebijakan-kebijakan yang membela para pengusaha kaya-raya, korporat dan cenderung pro kepentingan pengembang. Dan kini PDIP justru mendukung Ahok yang merupakan anomali dari kepentingan rakyat kecil atau wong cilik,” kata Beni kepada redaksi, Kamis (22/9).
“Cukup sudah rakyat Jakarta harus menanggung hantaman banjir, macet, polusi, dan dipimpin oleh penguasa arogan yang suka memaki dan menyakiti hati rakyat kecil,” ungkap Presiden Pemuda Asia Afrika ini.
Kini, tutur Beni, rakyat Jakarta makin kehilangan rasa amannya, khawatir akan masa depan mereka karena hak-hak asasi yang terus ditindas, intimidasi dan ancaman terusir dari tanahnya.
Dengan dipilihnya Ahok oleh PDIP, kata Beni, sejarah bangsa mencatat salah satu contoh kebijakan Megawati yang berpihak pada kalangan pengusaha. Itu, lanjutnya, merupakan pemberian pengampunan kepada para pengemplang Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) dimana Megawati sendiri pun terlibat.
“Keberpihakan terhadap wong cilik hanyalah jargon politik tanpa bukti yang diterapkan Megawati untuk mengelabui rakyat kecil. PDIP bukan partai wong cilik tapi sekarang jadi partai wong licik dan oligarkis,“ terang Beni.
Menurutnya, di bawah kepemimpinan Ahok yang zalim, kesenjangan antara yang kaya dan miskin makin melebar. Hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas.
“Kekuasaan yang sekarang justru ultra liberal, persatuan dan kesatuan terkoyak oleh pemimpin arogan, bahkan belakangan ini kekuasaan menempatkan rakyat sebagai musuhnya. Betapa banyak harta, air mata, darah dan tangis rakyat tumpah akibat penggusuran yang tidak manusiawi,” sesalnya.
Ia menyayangkan, pemerataan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir orang. Pengelolaan dan pembangunan kota dikuasai oleh kepentingan asing dan para cukong serta pemilik modal belaka.
Beni melanjutkan, ibu kota yang seharusnya ditempati dan dikelola oleh anak negeri sendiri, justru kini bak terusir dari tanah leluhurnya dan justru menjadi tempat yang nyaman untuk si asing yang tidak lagi memiliki tempat di negaranya. Mereka terus menggerus kekayaan bangsa dengan mengusai ibu kota sebagai pusat politik bangsa.
“Tidak ada lagi alasan yang mampu menahan pemuda dan mahasiswa untuk tidak bergerak dan turun tangan bersama rakyat merebut kembali miliknya yang dirampas oleh tangan-tangan Penjajah gaya baru,” tegas Beni. (EZ/salam-online)