Larang Muslim Masuk AS, Donald Trump Dikecam Pemimpin Dunia

Donald Trump larang Muslim masuk AS mendapat kecaman keras

SALAM-ONLINE: Politisi, kelompok hak asasi manusia dan aktivis mengritik tindakan keras Presiden AS Donald Trump pada pengungsi dari negara-negara mayoritas Muslim.

Sementara para pemimpin Eropa, PBB dan kelompok-kelompok internasional mengutuk tindakan Trump terhadap pengungsi dan wisatawan dari beberapa negara mayoritas Muslim. Mereka mengecam keras “kebijakan” yang dikeluarkan oleh Donald Trump yang melarang Muslim dari tujuh negara untuk masuk AS.

Kecaman tersebut, seperti dilansir Aljazeera, Ahad (29/1) muncul setelah pemegang paspor dari negara-negara Arab diblokir pada Sabtu (28/1) saat melewati bea cukai dan imigrasi di bandara AS. Yang lainnya dicegah naik pesawat menuju AS.

Pada Jumat (27/1) sore waktu setempat Trump menandatangani sebuah perintah eksekutif yang melarang masuknya pengungsi dari beberapa negara mayoritas Muslim. Namun secara terpisah Trump mengatakan AS menginginkan untuk memberikan prioritas masuk kepada orang-orang Kristen Suriah untuk melarikan diri dari perang di negara itu.

Larangan, meskipun sementara, mulai berlaku segera, menyebabkan malapetaka dan kebingungan bagi calon wisatawan dengan paspor dari Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan, Suriah dan Yaman.

Baca Juga

Badan Pengungsi PBB dan Organisasi Internasional untuk Migrasi meminta pemerintahan Trump untuk memberik suaka kepada orang-orang yang melarikan diri akibat perang dan penindasan di Suriah. Mereka mengatakan program permukiman itu sangat penting.

“Kebutuhan pengungsi dan migran di seluruh dunia lebih besar dan program permukiman di AS adalah salah satu yang paling penting di dunia,” kata dua lembaga yang berbasis di Jenewa itu dalam pernyataan bersama pada Sabtu (28/1).

Jerman dan Prancis juga menyatakan ketidakpuasan atas langkah-langkah Trump tersebut. “Penerimaan pengungsi yang melarikan diri dari perang, melarikan diri dari penindasan, merupakan bagian dari tugas kami,” kata Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Marc Ayrault, dalam konferensi pers bersama dengan rekannya dari Jerman, Sigmar Gabriel.

Jerman sendiri telah menerima lebih dari satu juta pengungsi dan migran, terutama dari Timur Tengah, sejak 2015. (EZ/salam-online)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga