Perdana Menteri Penjajah Bersumpah tak Biarkan Ada Nama Jalan Pemimpin Palestina Yasser Arafat

Yasser Arafat

SALAM-ONLINE: Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu pada Ahad (5/3) bersumpah tidak akan membiarkan jalan di kota Arab-“Israel” dinamai dengan nama pemimpin Palestina Yasser Arafat. Ia menjanjikan undang-undang baru mengenai hal itu jika diperlukan.

Kota Arab-“Israel”, Jatt, baru-baru ini meresmikan Jalan Yasser Arafat untuk menghormati mantan Presiden Palestina yang dipandang sebagai pahlawan di kalangan warga Palestina dan kebanyakan warga Arab-“Israel” itu.

Warga Arab-“Israel” adalah keturunan Palestina yang tetap mendiami tanah kelahirannya setelah pembentukan “Israel” pada 1948. Warga Arab-“Israel” meliputi sekitar 17,5 persen dari penduduk penjajah “Israel” yang jumlahnya delapan juta.

Jatt, yang terletak di wilayah jajahan “Israel” utara, berpenduduk sekitar 11.000 jiwa. Berbicara di awal rapat kabinet, Netanyahu mengatakan, tidak ada jalan di ‘Israel’ yang akan dinamai seperti pembunuh warga ‘Israel’ dan Yahudi.

“Kita tidak bisa membiarkan jalan di ‘Israel’ dinamai Yasser Arafat dan Haji Amin al-Husseini dan lain-lain,” kata perdana menteri penjajah itu seperti dilansir Al Arabiya, Ahad (5/3).

Husseini, seorang Palestina, adalah Mufti Agung Yerusalem pada 1920 hingga 1930-an.

“Kita akan membuat pengaturan, termasuk undang-undang baru jika diperlukan, sehingga itu tidak terjadi di sini,” ujar Netanyahu.

Wali Kota Jatt Mohammed Taher Wattab membela penamaan jalan Yasser Arafat dalam komentarnya di radio militer penjajah “Israel”.

“Yasser Arafat menandatangani kesepakatan damai dengan ‘Israel’ dan adalah memalukan bahwa perdana menteri (penjajah, red) merasa perlu membuang waktunya untuk nama sebuah jalan di sebuah kota kecil seperti kota kami,” tegas Taher Wattab.

Baca Juga

“Kami akan bertindak sesuai hukum, sesuai dengan saran hukum yang kami terima,” imbuhnya.

Arafat menjadi pemimpin gerakan pembebasan Palestina (PLO) setelah pembentukan “negara Israel”. Dia memimpin perjuangan bersenjata untuk melawan pembentukan negara ilegal itu. Selama puluhan tahun ia berjuang menolak kekerasan “Israel”, kemudian berjabat tangan dengan Perdana Menteri penjajah, Yitzhak Rabin, di halaman Gedung Putih, AS, meskipun Perjanjian Damai Oslo tak pernah terwujud.

Tak hanya memimpin PLO, Yasser Arafat kemudian menjadi Presiden Palestina. Ia meninggal di Rumah Sakit Militer Percy, dekat Paris, ketika berusia 75 tahun pada November 2004, setelah mengeluh sakit perut saat berada di kantor pusatnya di Kota Ramallah, Tepi Barat.

Tim investigasi Palestina yang menyelidiki misteri kematian pemimpinnya, Yasser Arafat, mengungkap pemimpin Palestina itu dibunuh Zionis “Israel”. Hasil investigasi tersebut menyebutkan Arafat dibunuh di rumah sakit militer di Paris, Prancis.

“Komite penyelidikan telah mengidentifikasi pembunuh mantan Presiden Yasser Arafat, dan ‘Israel’ bertanggung jawab soal itu,” kata Ketua Investigasi Tawfiq Tirawi, seperti dilansir laman Al-Araby, Rabu, 11 November 2015.

Perdana Menteri Penjajah Zionis, Benjamin Netanyahu

Istri Arafat, Suha, mengaku suaminya dibunuh dan meminta penyelidikan di pengadilan Prancis pada 2012. Ilmuwan Swiss, yang melakukan tes dari sampel yang diambil pada jenazah Arafat, menemukan bahwa Arafat memiliki tingkat radioaktif polonium 18 kali lebih tinggi dari biasa.

Kelompok ilmuwan yakin 83 persen bahwa pemimpin Palestina itu diracun dengan polonium. Banyak rakyat Palestina percaya bahwa “Israel” yang telah meracuni Arafat dan meyakini pula Rezim Penjajah Zionis-lah pembunuhnya. (MN Malisye/salam-online)

Sumber: Al Arabiya, Al Araby

Baca Juga