Insinyur Suriah Bangun Rumah Gunakan Botol Plastik untuk Para Pengungsi di Aljazair

TINDOUF (SALAM-ONLINE): Seorang insinyur berkewarganegaraan Suriah, Sahrawi Tateh Lehbib, hidup dalam pusaran penderitaan setelah dia dan keluarganya menyelamatkan diri dari kejahatan rezim Basyar Asad yang melakukan gempuran demi gempuran terhadap warga sipil yang tak bersalah.

Berusaha selamatkan diri dan keluarganya dari kekejaman rezim Asad, Sahrawi mengungsi ke wilayah Tindouf, Aljazair barat, dengan membangun sebuah gubuk untuk bertahan hidup selama mengungsi. Wilayah tersebut dinamai ‘Devil’s Garden’.

Di tengah panasnya padang pasir, badai dan hujan deras, Sahrawi merancang sebuah rumah dengan menggunakan tanah liat yang ditutupi dengan botol minuman usang.

Insinyur muda, Sahrawi Tateh Lehbib (28), menemukan jawaban atas kesengsaraan mereka. Semua yang mereka butuhkan untuk membangun kembali rumah di tanah gersang ini adalah dengan menggunakan 6.000 botol plastik.

Botol ini kemudian diisi dengan pasir dan sedotan yang ditekan rapat agar blok bangunan tahan lebih besar. “Botol plastik tahan 20 kali lebih kuat daripada batu bata,” kata Sahrawi seperti dikutip Middleeasteye, Jumat (28/4/2017).

Proyek Lehbib ini didukung oleh United Nations Agency for Refugees (UNHCR) dengan anggaran 60.000 euro. Dia sejauh ini telah membangun 26 rumah dengan 80 persen bahan yang digunakan merupakan plastik daur ulang, sedotan, tanah dan kardus.

Botol yang membentuk dasar dan struktur dinding digunakan satu atau dua liter air atau botol soda, yang dapat ditemukan di kamp-kamp dan tempat pembuangan sampah.

“Tujuannya adalah untuk meringankan penderitaan banyak orang, membiarkan mereka hidup dengan lebih bermartabat, dan membangun rumah ekologis yang berkelanjutan,” jelas insinyur tersebut.

Setelah struktur utama dibuat, dindingnya ditutupi dengan semen dan batu kapur, lalu dicat putih untuk memantulkan sinar matahari dan menjaga agar suhu ruangan tetap dingin.

“Ini mencegah rumah menjadi semakin panas, bahkan menurunkan suhu sampai 5 derajat Celsius. Untuk memperbaiki aliran udara dalam struktur lebih jauh lagi, atapnya memiliki lapisan ganda, dengan penutup pertamanya tikar yang terbuat dari plastik daur ulang, diikuti oleh lapisan semen. Fitur arsitektur ini membuat rumah plastik lebih efisien dan tahan terhadap kerasnya padang pasir,” terang Lehbib.

Bentuk bulat bangunan juga dipilih dengan hati-hati. Menurut Lehbib, bentuknya menghindari “sinar cahaya masuk secara langsung, yang mengurangi aliran panas”. Dua jendela pada ketinggian yang berbeda memungkinkan ventilasi yang lebih baik.

Baca Juga

Selain itu, eksterior bulat mencegah pasir terakumulasi di luar struktur selama badai pasir, yang merupakan kejadian biasa di rumah persegi khas kamp.

Salah satu pengungsi, Sahrawi Mohamed Salem Hassan (38), memiliki sebuah rumah plastik yang dibangun dengan bantuan keluarganya. “Saya akan menggunakan (rumah plastik) ini untuk menerima teman, membuat teh dan tidur siang,” ujar Hassan.

“Ini memiliki sedikit risiko dan berbahaya jika terjadi keruntuhan. Rumah bisa menghancurkan kita jika jatuh karena atapnya terbuat dari logam,” papar Hassan, mengacu pada atap seng.

Abdeljalil Nafe yang berusia 16 tahun, buta dan autis. Sejak November 2016, bermain dan beristirahat di tempat teduh ini, kini memungkinkannya berada di “rumah plastik” selama jam-jam panas sepanjang hari.

“Anak saya tidur di malam hari dan dia juga bermain di dalamnya. Sebelumnya, dia berada di tenda kain dengan atap lembaran seng, dan seringkali kain dan kayunya pecah,” kata ibu dari anak laki-laki itu, Albatul Kadiri.

Rumah-rumah daur ulang menawarkan ruang sejuk dibandingkan dengan rumah-rumah yang diapit atap seng, karena merupakan salah satu konduktor terbaik untuk panas, menurut Lehbib.

Pada 2013, Lehbib lulus di Renewable Energies Universitas Tlemcen di Aljazair. Berkat beasiswa Erasmus Mundus dari Uni Eropa, dia melanjutkan studinya pada paska sarjana dalam bidang efisiensi energi di Universitas Las Palmas de Gran Canaria, Spanyol.

Pada 2016, UNHCR memilih proyek rumah plastik Lehbib dari 3.000 proposal lainnya yang akan dikembangkan dengan anggaran 60.000 euro.

Dan, proyek ini juga memberikan dorongan bagi ekonomi lokal. (EZ/Salam-Online)

Sumber: Middleeasteye

Baca Juga