Menhan Inggris: Rusia Bertanggungjawab atas Kematian Setiap Warga Sipil Suriah
SALAM-ONLINE: Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon menegaskan bahwa Moskow terlibat langsung dalam penderitaan yang dialami rakyat Suriah. Fallon menyebut penderitaan yang dialami rakyat Suriah sebagai ‘kejahatan perang terbaru’.
“Rusia secara langsung terlibat dalam pertumpahan darah yang terjadi di Suriah dan harus segera bertindak untuk membantu mengakhiri konflik berkepanjangan di negara itu,“ kata Michael Fallon, sehari setelah Menlu Inggris Boris Johnson membatalkan perjalanannya ke Moskow.
Dalam tulisannya di Sunday Times, Fallon mengatakan, sebagai pendukung utama rezim Basyar Asad, Rusia bertanggungjawab atas kematian setiap warga sipil Suriah.
“Jika Rusia ingin menjadi terbebas dari tanggung jawab untuk serangan di masa depan, Vladimir Putin harus menegakkan komitmen, untuk membongkar senjata kimia arsenal yang digunakan oleh Asad,” kata Fallon seperti dilansir The Guardian, Ahad (9/4).
Sebelumnya Menlu Inggris Boris Johnson telah dijadwalkan terbang ke Moskow pada Senin (10/4) untuk melakukan pembicaraan dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov. Namun Kementerian Luar Negeri mengatakan perjalanan telah dibatalkan karena perkembangan di Suriah telah “mengubah situasi fundamental”.
Sedikitnya 89 orang, termasuk 33 anak-anak dan 18 wanita, gugur dalam serangan yang diduga menggunakan gas saraf di kota yang dikuasai kelompok pejuang Suriah di Khan Sheikhoun, Selasa (4/4) lalu. Angka-angka itu berasal dari otoritas kesehatan oposisi yang menguasai Idlib. Namun rezim Suriah membantah menggunakan gas beracun tersebut.
Pada Jumat (7/4) dini hari, AS melancarkan serangan rudal ke sebuah pangkalan militer Suriah yang diduga menyimpan senjata kimia. Sedikitnya enam orang dilaporkan tewas.
Sebagai tanggapan, sekutu Suriah, Rusia, menuduh AS membantu “teroris” dengan tindakan sepihak. Moskow berjanji untuk memperkuat pertahanan anti-pesawat Suriah dan mematikan hotline dengan AS yang dirancang untuk menghindari tabrakan antara pasukan mereka di udara negara itu. (EZ/salam-online)
Sumber: The Guardian