Sikap Bernegara Natsir Menjadi Contoh Penyatuan Agama dan Politik

Diskusi Publik Menolak Lupa Mosi Integral Natsir. (Foto: MNM/salam-online)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Banyak yang mengira bahwa seorang Mohammad Natsir adalah tokoh yang anti pancasila, apalagi saat dia bersama organisasinya, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) pada masa Orde Baru menolak Asas Tunggal Pancasila dengan tegas.

Padahal yang Natsir tolak adalah Pancasila dipaksakan menjadi ideologi setiap individu atau kelompok, bukan hanya ideologi negara.

Sejarawan Anhar Gonggong menolak tuduhan itu. Menurut Anhar, bagaimana hal itu bisa dikatakan, sementara yang membawa Pancasila ke parlemen Pakistan di Karachi adalah M. Natsir. Saat itu Natsir menjelaskan bagaimana Pancasila sangat relevan dengan Islam.

“Justru Pak Natsir yang membawa dan menerangkan Pancasila di parlemen Pakistan, Pak Natsir menerangkan dengan jelas,” ungkap Anhar dalam diskusi publik yang digelar Fraksi PKS, bertema “Menolak Lupa: Peringati Mosi Integral M. Natsir 3 April 1950, Hadirkan NKRI”, pada senin (3/4) di Gedung Nusantara I Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.

Baca Juga

Atas apa yang telah dilakukan Natsir dengan ideologi Islamnya kepada Negara, di tempat yang sama Wakil Ketua MPR, Dr Hidayat Nur wahid menjelaskan, dari dari situ bisa diambil pelajaran bahwa Islam dan NKRI sangat cocok.

“Kalau merujuk kepada Pak Natsir, sangat  tidak (jika dikatakan Islam dan NKRI tidak cocok, red),” ungkap Hidayat.

Selain itu, kata Hidayat, jangan ada pembatas antara agama dan politik. Islam dan NKRI. Menurutnya, Ideologi Islam sangat relevan dengan kehidupan bernegara.

“Tidak perlu didikotomikan. Islam politik sangat relevan dilakukan kapan saja,” tuturnya. (MNM/salam-online)

Baca Juga