SALAM-ONLINE: As-Syaikh Dr Abdullah Azzam rahimahullah, maestro jihad abad 20, sang Mujahid yang zuhud, pernah menulis khutbah yang kemudian diabadikan dalam bukunya ‘Fi Tarbiyah Jihadiyah wal Bina’ tentang khilafah dan jalan untuk menujunya.
As-Syaikh Azzam mengatakan dalam bukunya bahwa dia berangan-angan untuk mengembalikan kejayaan islam masa lalu. Dia menganggap kejayaan Islam itu sebagai mercusuar yang hilang. Bangunan yang menjulang tinggi yang menguasai bangsa barat selama 13 abad lamanya, yang kini bangsa barat dan musuh-musuh Islam sendiri bisa dan telah menghancurkannya.
Bahkan Syaikh Azzam menganggap bahwa ketiadaan khilafah adalah sebab dari terpecahbelahnya kaum Muslimin di dunia. Terceraiberainya kaum Muslimin lantaran tidak adanya pemimpin di tengah barisan.
“Kita ingin menegakkan kembali tiang-tiang khilafah yang setelah keruntuhannya menyebabkan kaum Muslimin terpecah belah dan tercerai berai di setiap tempat tanpa ada pemimpinnya,” begitu tulisnya saat berjihad di tanah Afghanistan puluhan tahun silam.
Syaikh Abdullah Azzam menggambarkan keadaan umat Islam setelah hilangnya khilafah seperti domba di malam dingin yang dimangsa kawanan serigala. Kepala mereka diinjak-injak oleh orang kafir. Keadaan kaum Muslimin, menurut Syaikh, berubah setelah hilangnya mercusuar yang menerangi jalan, menjadi buih sebagaimana digambarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Kemudian as-Syaikh mengutip Hadits yang artinya:
”Seluruh umat mengerubuti kalian sebagaimana makanan di atas piring dikerubuti orang.” Para Sahabat bertanya, “Apakah jumlah kami sedikit pada waktu itu, ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Tidak, jumlah kalian besar pada waktu itu. Akan tetapi, kalian hanyalah seperti buih air bah. Sungguh, Allah benar-benar mencabut rasa gentar dari hati musuh-musuh kalian terhadap kalian dan akan mencampakkan ke dalam hati-hati kalian (penyakit) al-Wahn.” Para Sahabat bertanya, “Apa al-wahn itu, ya Rasulullah?” Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Cinta dunia dan benci mati.”
Syaikh Azzam menganggap bahwa untuk mencapai kepemimpinan Islam atau khliafah, haruslah ditempuh jalan jihad fi sabilillah. Jihad menurutnya adalah amalan tertinggi dalam Islam. Dengan Jihad, kata as-Syaikh, dunia menjadi tampak kecil dalam pandangan Mujahid.
Syaikh mengibaratkan jika seseorang berada di atas puncak tertinggi, tentu akan melihat dunia tampak kecil dan tak berarti. Begitupun menurutnya saat seseorang berada di puncak tertinggi Islam, di matanya, dunia akan tampak kecil.
“Ia heran terhadap segala hal yang diributkan orang-orang jahil perihal kesenangan yang sedikit; dirham, merk mobil, pemain sepak bola, wisata tahunan, belanja ke super market dan lain-lain. Ia tertawa dari jauh. Dari ketinggian ia melihat mereka sedang bermain layaknya kanak-kanak. Ia menaruh kasihan terhadap keadaan mereka. Orang-orang itu belum menunaikan kewajiban di dunia sehingga kelak mereka akan kehilangan hasil di akhirat,” terang Syaikh Azzam. (MNM/Salam-Online)