Ratusan Warga Sipil Terbunuh, Ramadhan tak Membuat Rezim Asad Hentikan Serangan
DARAA (SALAM-ONLINE): Kesucian bulan Ramadhan tidak membuat rezim Basyar Asad dukungan Rusia dan Iran menghentikan kekerasan dan serangannya terhadap warga sipil Suriah.
Ratusan warga sipil Suriah terbunuh sepanjang pekan pertama Ramadhan, disebabkan oleh serangan rezim Asad, lansir The New Arab, Selasa (13/6).
Awal pekan ini, pesawat rezim Asad menjatuhkan bom napalm di daerah Daraa, menyebabkan jatuhnya banyak korban dan kebakaran dahsyat yang menghabiskan bangunan sebagian besar kota yang dipadati warga sipil itu.
Kota Daraa dan daerah sekitarnya yang dikendalikan oleh pejuang oposisi telah mengalami pengeboman besar-besaran akibat roket dan bom barel rezim Asad selama sepekan terakhir.
Di antara senjata yang dikeluarkan di daerah permukiman padat penduduk itu termasuk bom 20 barel yang diisi dengan napalm yang dilarang secara internasional.
Selain itu, bom laras dan rudal permukaan juga diarahkan ke daerah Daraa, termasuk kamp-kamp pengungsian.
Dewan keamanan Daraa mengeluarkan sebuah pernyataan yang menyebut semua rumah sakit jadi sasaran rezim.
Koalisi Suriah mengutuk serangan itu dan mendesak kekuatan internasional untuk menghentikan serangan keji tersebut.
Rezim Asad telah menjatuhkan lebih dari 300 bom barel dan melepaskan 350 rudal permukaan di Daraa sejak serangan di kota selatan dimulai sepekan yang lalu.
Para aktivis di Suriah telah meluncurkan #hashtag Act4Daraa untuk menyoroti serangan biadab ini. Mereka mengatakan 70.000 nyawa warga sipil berada dalam bahaya.
Mereka juga mengatakan bahwa serangan tersebut membuat proses perdamaian menjadi kian rapuh dan mengancam sehingga dapat memicu pecahnya kekerasan yang lebih luas.
Aktivis pun khawatir provinsi Idlib yang dikuasai pejuang Suriah akan jadi sasaran rezim berikutnya.
Daraa adalah salah satu daerah pertama di Suriah yang bangkit melawan rezim Asad setelah penyiksaan dan pembunuhan terhadap anak laki-laki berusia 13 tahun bernama Hamza al-Khatib pada 2011.
Provinsi ini merupakan bagian dari “zona de-eskalasi” (wilayah penghentian perang) yang disponsori Rusia, Iran dan Turki. (EZ/Salam-Online)
Sumber: The New Arab/alaraby.co.uk