Wantim MUI Desak Negara di Kawasan Timteng Selesaikan Masalah dengan Prinsip Musyawarah

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Prof Dr HM Din Syamsuddin membacakan pernyataan sikap, Rabu (7/6/2017), terkait krisis politik dan keamanan di kawasan Timur Tengah. (Foto: EZ/Salam-Online)

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Mencermati perkembangan terkini tentang krisis di kawasan Timur Tengah, khususnya ketegangan antara Saudi Arabia, Uni Emirat Arab (UEA) Mesir dan Bahrain, dengan Qatar, Dewan Pertimbangan (Wantim) Majelis Ulama Indonesia (MUI) menggelar pertemuan dengan beberapa  tokoh ormas Islam di kantor MUI Pusat, Jl Proklamasi 51, Jakarta Pusat, Rabu (7/6).

Ketua Wantim MUI, Prof Dr HM Din Syamsuddin membacakan pernyataan sikap keprihatinan dan kekhawatiran mendalam atas ketegangan yang terjadi di kawasan tersebut sehingga menciptakan Alfitnah Alkubro modern yang hanya akan menghancurkan dunia dan peradaban Islam.

“Kami mendesak semua pihak untuk mengendalikan diri terutama pada bulan Ramadhan yang beresensi menciptakan fitnah anil harbi wal kital wa tamassuk bil jihad al akbar karena bisa membawa dampak negatif bagi ibadah umroh dan haji,” ujar Din saat membacakan pernyataan sikap Wantim MUI, Rabu (7/6).

Wantim MUI mendesak masing-masing pihak bersedia menyelesaikan masalah berdasarkan prinsip musyawarah dan dalam semangat ukhuwah Islamiyah, menyerukan rakyat dan Ulama di masing-masing negara untuk menolak peperangan dan mendorong tercapainya perdamaian.

“Dan juga dapat meredakan krisis politik di kawasan negara masing-masing dengan segala cara yang strategis dan optimal,” terang Din.

Mantan Ketua Umum MUI ini juga mendukung pemerintah Indonesia mengambil langkah Islah dengan segera, mendesak sidang darurat Organisasi Konferensi Islam (OKI) untuk menghindari perpecahan dan peperangan dengan mengacu kepada prinsip-prinsip piagam OKI pasal 1 ayat 1 dan memperkuat tali persaudaraan serta solidaritas sesama anggota OKI.

Baca Juga

“Seperti disebutkan pada prinsip-prinsip Piagam OKI pasal 1 ayat 6, mengembangkan hubungan antarnegara anggota berdasarkan prinsip keadilan dan saling menghormati, pasal 2 ayat 3 semua anggota OKI harus menyelesaikan sengketa secara damai dan tidak menggunakan ancaman dan cara kekerasan,” kata Din.

Din juga mengajak negara-negara Islam anggota OKI untuk mewaspadai dan menolak upaya intrik politik proxy war yang berceceran nafsu politik saling curiga, saling menyudutkan dan menyalahkan dan saling fitnah terhadap segala kebijakan politik masing-masing negara, baik di kawasan Timur Tengah maupun kebijakan hubungan dengan negara-negara lain.

“Mengingatkan kepada dunia internasional untuk tidak memperkeruh suasana dengan isu-isu diplomatik yang antagonistik hegemonic, tiranic dan politik pecah belah dalam pentas hubungan internasional, termasuk kawasan negara-negara Islam dan berpenduduk mayoritas Muslim. Juga mengimbau umat Islam sedunia agar melakukan qunut nazilah dalam bulan Ramadhan ini untuk perdamaian dan keamanan dunia,” ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.

Selain Ketua Wantim MUI Prof Din Syamsuddin, pertemuan dihadiri oleh Wakil Ketua Wantim Prof Dr KH Didin Hafidhuddin, Sekretaris Wantim Ustadz Nooer Ahmad dan Wakil Sekretaris Wantim Ustadz Bachtiar Nasir.

Dari kalangan ormas Islam, hadir Ketua Umum Al-Irsyad Al-Islamiyah Abdullah Zaidi, serta Pimpinan Pondok Pesantren Gontor KH Muhammad Sahal dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Prof Dr HM Mahfudz MD. (EZ/Salam-Online)

Baca Juga