Terkait Film Pendek yang Sudutkan Umat Islam, Komisi VIII: “Polri Segera Minta Maaf”

Anggota Komisi VIII DPR M Ali Taher

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Anggota Komisi VIII DPR M Ali Taher menilai film ‘Kau Adalah Aku yang Lain’ (KAAL) yang menjadi pemenang dalam festival film pendek yang digagas oleh Mabes Polri dibuat dengan kesombongan dan arogansi kekuasaan.

“Video tersebut menunjukkan arogansi kekuasaan. Itu tidak baik bagi sebuah akomodasi sosial terhadap umat Islam,” ujar politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini kepada Salam-Online, Jum’at (30/6).

Tak hanya menarik video itu, Ali juga meminta Polri segera meminta maaf kepada umat Islam.

“Saya usul polisi segera melakukan permintaan maaf kepada umat Islam, dan juga jangan sampai terulang kembali,” pintanya.

Sementara, sutradaranya sendiri, Anto Galon, sudah meminta maaf. Bahkan Youtube pun sudah menghapus video film tersebut.

Ali yang juga aktif di organisasi sayap kepemudaan Muhammadiyah mempertanyakan, jika film itu melakukan permisalan kenapa mesti umat Islam dan Kristen yang ada pada video tersebut.

“Kenapa umat Islam dan Kristen? Kan ada enam agama di Indonesia, toh biasa hidup rukun?” ungkap Ali.

Ia juga meminta kepada pemerintah agar Polri tidak selalu dihadapkan dengan umat Islam.

Baca Juga

“Umat Islam hanya ingin damai. Video itu menggambarkan seolah-olah bahwa ajaran Islam berhadapan dengan persoalan kemanusiaan. Padahal Islam itu lahir di samping konsep ketuhanan, ada konsep kemanusiaan,” tutupnya.

Video film pendek bertajuk ‘Kau Adalah Aku yang Lain” berdurasi 7 menit 41 detik itu dinilai warganet berisi pesan tendensius yang menyudutkan Umat Islam.

Ini terkait adegan penolakan terhadap ambulans yang melintasi area pengajian oleh seorang warga Muslim yang diperankan tokoh ‘Si Mbah.’

Digambarkan, ketika ada ambulans yang mau lewat mengangkut pasien yang beragama Kristen, ada oknum umat Islam yang tidak mau membuka jalan yang ditutup karena pengajian.

“Tidak bisa. Ada pengajian. Cari jalan lain. Pengajian tidak bisa diganggu,” ujar bapak tua berjenggot, seperti terdapat dalam tayangan film tersebut.

Meski sebatas film, adegan tersebut dinilai banyak kalangan bisa merepresentasikan peristiwa yang sebenarnya. Padahal, tidak sesuai dengan fakta sesungguhnya. Dengan kata lain, adegan tersebut tidak pernah ada dalam kehidupan nyata alias tidak sesuai dengan fakta.

Sutradara film itu sendiri, Anto Galon, telah meminta maaf, dan pihak polisi pun sudah menghapus video tersebut dari akun Divisi Humas Polri setelah protes terus mengalir. (EZ/Salam-Online)

Baca Juga