Zona Aman di Suriah Gagal Disepakati

Perundingan di Astana, Kazakhstan, gagal menyepakati zona de-eskalasi (wilayah aman) di Suriah dalam perundingan yang melibatkan Rusia, Iran dan Turki

ASTANA (SALAM-ONLINE): Rusia, Turki dan Iran gagal memilah-milah rincian kesepakatan mengenai perang di Suriah, termasuk batas-batas dan pengaturan empat zona aman yang sebelumnya disepakati, demikian kepala juru runding Moskow, Alexander Lavrentiev.

Setelah dua hari perundingan di Ibu Kota Kazakhstan, Astana, Alexander Lavrentiev mengatakan pada Rabu (5/7) bahwa dokumen yang menjelaskan bagaimana keempat zona tersebut harus bekerja “perlu disempurnakan”, meskipun “telah disepakati secara mendasar” di antara tiga pelaku utama.

Dia menambahkan bahwa tidak ada kesepakatan pasti mengenai isu “kekuatan spesifik apa” yang akan menjaga zona tersebut.

Namun, ketiga belah pihak telah membentuk sebuah kelompok kerja demi menyelesaikan kesepakatan untuk menciptakan zona de-eskalasi (wilayah aman dari perang) di Suriah, demikian pernyataan bersama dari ketiga negara (Rusia, Iran dan Turki).

Ketiga negara tersebut sebelumnya mengatakan akan mengadakan putaran pembicaraan berikutnya di Astana pada Ahad terakhir Agustus.

Moskow dan Teheran, pendukung rezim Nushairiyah Basyar Asad, dan Ankara (Turki) yang mendukung kelompok oposisi, pada Mei sepakat untuk menetapkan empat zona de-eskalasi dalam sebuah terobosan potensial untuk meminimalisir perang yang telah menewaskan sekitar 470.000 orang sejak Maret 2011.

Baca Juga

Sementara pertempuran menurun dalam beberapa pekan setelah kesepakatan tersebut, namun ketegangan di beberapa wilayah tetap terjadi, dan pihak-pihak (internasional) yang berperan, belum menyelesaikan batas-batas zona atau menentukan siapa yang akan mengawasi.

Aljazeera, Kamis (6/7) melaporkan dari Astana bahwa Rusia akan meminta anggota Commonwealth of Independent States (CIS) untuk menggunakan pasukan proteksi di zona de-eskalasi.

CIS dibentuk setelah runtuhnya Uni Soviet pada1991 sebagai sebuah organisasi (kelompok) negara yang memiliki aturan longgar.

Dalam upaya mengurangi rincian rencana Suriah, ketiga pihak mengadakan serangkaian pertemuan tertutup hari kedua di Astana pada Rabu, dengan partisipasi perwakilan rezim Suriah dan oposisi.

Konflik Suriah berevolusi dari tindakan brutal rezim Asad terhadap aksi unjuk rasa pada 2011 yang berubah menjadi perang dahsyat dan menarik kekuatan dunia untuk terlibat, yakni Rusia, Iran dan koalisi internasional pimpinan AS. (EZ/Salam-Online)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga