Mossad Dalangi Pembunuhan Pemuda Palestina di Swedia

Kepolisian Swedia gelar olah kejadian perkara pembunuhan Mohammed Tahsin al-Bazam. Otoritas Gaza menyebut organisasi intelijen Mossad berada di balik pembunuhan ini. (Foto: Joakim Eriksson)

STOCKHOLM (SALAM-ONLINE): Seorang pemuda berkebangsaan Palestina yang menetap di Swedia diduga dibunuh oleh agen rahasia Zionis “Israel”, Mossad, di apartemen pribadinya, Jalan Sandvagen, Kota Limmared.

Berdasarkan hasil penelusuran yang baru dirilis oleh media, Mohammed Tahsin al-Bazam dibunuh dengan cara ditembak setelah sekelompok orang berupaya memasuki apartemennya yang terletak di lantai satu pada Sabtu (19/8) pekan lalu.

“Saya sedang berada di dalam mobil tidak jauh dari rumah (apartemen) ketika seorang perempuan memanggilku dan mengatakan ia mendengar suara tembakan,” ungkap ayah Bazam, Abu Hasan, seperti dilansir Haareetz.com, Jumat (25/8/2017).

“Sebagian dari pelaku memanjat hingga ke balkon apartemen dan membuka pintu dari dalam. Al-Bazam tergeletak di sana dengan luka di lehernya, saat itu masih hidup, namun tidak sadarkan diri,” lanjutnya.

Berdasarkan keterangan Kepolisian Swedia, beberapa orang dengan penutup muka memasuki apartemen Bazam melalui balkon, dan menembak orang yang berada di dalamnya. Seusai melakukan aksinya, para pelaku dengan cepat menghilang dari TKP.

“Saya langsung tiba di lokasi kejadian. Pelaku tidak lagi di sana. Anggota keluarga yang tinggal berdekatan langsung berdatangan. Kami mencoba masuk namun pintu terkunci,” papar Abu Hasan.

Beberapa anak angkat Abu Hasan memaksa masuk ke dalam apartemen melalui balkon dan membuka pintu depan dari dalam. Kronologis yang disampaikan oleh Abu Hasan ini berbeda dengan keterangan Kepolisian yang menyatakan bahwa pelakulah yang mendobrak masuk.

“Bazam membukakan pintu terhadap dua orang yang tidak ia kenal. Saat ia melihat mereka membawa senjata api, ia langsung menutup pintu kembali dan menguncinya. Namun, kedua orang itu segera menembakkan timah panasnya, menembus pintu dan mengenainya,” tutur Abu Hasan menjelaskan kronologis kejadian berdasarkan versinya.

Baca Juga

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Palestina Abu Hasan mengungkapkan bahwa anaknya merupakan seorang pekerja di bidang pemasaran. Abu Hasan pun meyakini bahwa sejauh yang ia ketahui tidak ada anggota keluarganya, baik di Gaza maupun di Swedia, yang terlibat dalam gerakan politik.

Memang, hingga umur 20 tahun, Bazam tinggal di Gaza. Namun, ia tetap bersikukuh bahwa anak keempatnya itu tidak terlibat dalam kegiatan politik apapun.

Beberapa hari sebelum kejadian, Abu Hasan dan istrinya pergi ke Makkah dan mendoakan anaknya, Hasan dan Bazam. “Dia (Bazam) adalah seorang yang baik, umurnya 27 tahun, tidak pernah mengganggu siapapun,” kata saudara perempuan Bazam.

Abu Hasan menceritakan, mulanya hanya ia seorang diri yang pindah dari Palestina ke Swedia pada 2006. Tak lama berselang, keluarganya pun menyusulnya. Ia memiliki 12 anak dan 13 cucu. Beberapa anaknya lahir dan dibesarkan di Swedia.

Kini ia telah menetap, mendapat pekerjaan mapan, dan bersosialisasi dengan lingkungan Swedia. Bahkan dia menjadi Ketua Komunitas Muslim di tempatnya tinggal saat ini.

“Saya datang ke Swedia untuk memastikan keluarga saya memiliki tempat tinggal yang aman. Tapi ternyata di sini pun kami tidak aman,” tutupnya.

Kabar mengenai terbunuhnya Bazam telah sampai ke telinga pejabat Fatah dan otoritas Palestina. Melalui media Palestina mereka menyebutkan bahwa Mossad berada di balik pembunuhan ini.

Media-media di Palestina melaporkan bahwa pembunuhan ini sangat misterius. Hal serupa diungkapkan pejabat Fatah. Sebuah laman Facebook bahkan menjadikan Bazam sebagai syahid yang terbunuh di tangan tetangga Yahudi-nya. (Al-Fath/Salam-Online)

Baca Juga