SNHR: Rezim Asad Jatuhkan 4.476 Bom Barel Hingga Juli 2017
SALAM-ONLINE: Syrian Network for Human Rights (SNHR) dalam laporannya menyatakan bahwa 4.476 bom barel dijatuhkan oleh rezim Basyar Asad sampai Juli atau selama tujuh bulan pertama tahun 2017.
Dilaporkan, persentase perempuan dan anak-anak yang terbunuh oleh bom barel di Suriah berkisar antara 12 sampai 35 persen.
Pada Juli lalu serangkaian bom yang dijatuhkan rezim Asad mengalami penurunan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Sebanyak 412 bom barel turun pada Mei dan 938 pada bulan April.
Tercatat, rezim brutal Basyar Asad menjatuhkan setidaknya 244 bom barel di zona de-eskalasi (bukan area perang) sepanjang Juli 2017, demikian rilis terbaru SNHR yang dilansir alaraby.co.uk (The New Arab), Kamis (10/8/2017).
SNHR mengatakan, pesawat tempur rezim menjatuhkan sebagian besar bom, 142 di wilayah Provinsi Daraa, membunuh satu wanita, 26 warga sipil di pinggiran kota Damaskus, 24 lainnya di Suwayda, 18 di Hama, dan 14 di Homs.
Sebuah rencana gencatan senjata yang mencakup empat wilayah di Suriah disetujui pada Mei lalu oleh sekutu rezim, Rusia dan Iran, dan pendukung kelompok oposisi yaitu Turki. Gencatan senjata di empat wilayah itu bertujuan memberikan penghentian permusuhan dan membuka jalan untuk memberikan kesempatan bantuan kemanusiaan.
Sebelumnya, pasukan Asad telah berulang kali melanggar perjanjian gencatan senjata, ungkap SNHR.
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa persentase perempuan dan anak-anak yang terbunuh oleh bom barel di Suriah berkisar antara 12 sampai 35 persen.
SNHR mengatakan bahwa rezim tersebut “tidak diragukan lagi” telah melanggar resolusi Dewan Keamanan 2139 dan 2254, dengan menggunakan bom laras secara meluas dan sistematis. Ini merupakan “kejahatan terhadap kemanusiaan”.
Pengeboman tanpa pandang bulu yang menargetkan warga sipil tak bersenjata itu juga merupakan pelanggaran terhadap HAM internasional, kata SNHR.
Karena itu, SNHR mendesak Dewan Keamanan PBB agar mengeluarkan embargo senjata terhadap rezim Asad, dan mengadili mereka yang memasok senjata tersebut. SNHR juga meminta untuk merujuk kasus tersebut kepada Pengadilan Pidana Internasional.
Bulan lalu Rusia mengatakan bahwa polisi militernya akan memantau zona gencatan senjata.
Moskow menjadi salah satu pendukung militer utama rezim Suriah, memberikan dukungan udara kepada pasukan Asad sejak September 2015.
Menurut pemantau independen, ratusan ribu warga sipil terbunuh dalam perang yang berlangsung sejak Maret 2011 tersebut. Jutaan orang telah mengungsi, baik di dalam maupun di luar Suriah.
Taktik brutal yang dilakukan oleh rezim Asad yang didukung Rusia dan Iran tersebut, mencakup penggunaan senjata kimia, pengepungan, eksekusi massal dan penyiksaan terhadap warga sipil, menyebabkan mendesaknya penyelidikan terhadap kejahatan perang di Suriah. (EZ/Salam-Online)
Sumber: The New Arab/alaraby.co.uk