Di Rumah Sakit Cox’s Bazar Tempat Pengungsi Rohingya Dirawat, Bayi Itu Meratap Kesakitan
Di sebuah rumah sakit di Kota Pelabuhan, Cox’s Bazar, Bangladesh, yang sangat sederhana, para pengungsi Rohingya dirawat karena luka-luka yang diderita saat tentara Myanmar membakar rumah mereka.
COX’S BAZAR (SALAM-ONLINE): Bayi itu terbaring di pangkuan ibunya, meratap kesakitan. Badan, wajah dan tangannya terbakar. Seorang wanita juga terbaring sendirian di pojok kamar rumah sakit itu. Tak berdaya. Tubuhnya juga penuh luka bakar.
Pemandangan ini seperti sudah biasa terlihat dalam sebulan belakangan di Rumah Sakit ‘Sadar’ di Kota Pelabuhan Cox’s Bazar, Bangladesh. Pasien-pasien ini adalah pengungsi Rohingya yang telah menyelamatkan diri dari serangan militer di negara bagian Rakhine, Myanmar.
“Tentara datang dan membakar rumah saya, saya berada di dalam rumah pada saat itu,” kata seorang pasien, Shahida Begum yang berusia 30 tahun. “Tanpa rute untuk melarikan diri, seluruh tubuh saya juga menderita luka bakar.”
“Rasa sakit itu tak tertahankan,” dia menjelaskan. “Lebih baik mati daripada menderita seperti ini,” ucapnya seperti putus asa.
Tiga putra Shahida terbunuh dua hari sebelum rumahnya di desa Rasidong dibakar. “Hidup tidak akan pernah sama lagi,” katanya.
Dildar Begum dan anak perempuannya yang berusia 10 tahun, Noor Kolima, dirawat di rumah sakit ini lima hari yang lalu dan satu-satunya yang selamat dari keluarga mereka. Dildar kehilangan suaminya, anak laki-laki dan ibu mertuanya akibat kekerasan yang dilakukan tentara tersebut.
“Keluarga saya diserang pada tanggal 29 Agustus. Tentara datang dan melepaskan tembakan tanpa pandang bulu,” ungkap Dildar.
“Putri saya dan saya entah bagaimana selamat dari serangan tersebut, namun kedua biksu yang menyertai tentara tersebut berusaha membunuh kami dengan pisau besar. Mereka mengira kami telah meninggal, lalu meninggalkan kami. Kami bersembunyi di rumah selama tiga hari dan kemudian melarikan diri.”
Mohammad Anas yang berusia delapan tahun menyelinap. Wajahnya terluka saat melarikan diri dari Myanmar. Pamannya, Syed Alam, saat ini bersamanya di rumah sakit.
“Kami dari desa Lankhali, kabupaten Mandua dan diserang tiga hari sebelum Idul Fitri,” Syed menjelaskan. “Kami berhasil lolos ke bukit terdekat. Kami 10 anggota keluarga saat melarikan diri, tapi hanya enam dari kami berhasil sampai di sini. Saya tidak tahu apa yang terjadi dengan yang lain.”
Menurut badan pengungsi PBB, UNHCR, sekitar 430.000 pengungsi Rohingya telah tiba di Bangladesh sejak 25 Agustus lalu. Mereka rame-rame bedol desa untuk menyelamatkan diri dari pembantaian yang dilakukan militer Myanmar. (S)
Sumber: Aljazeera
Foto-foto: Showkat Shafi/Aljazeera