“Rumah Kami Dibakar Militer Myanmar, Kami Lari ke Gunung, tapi Mereka Tembak Mati Dua Anak Saya”

Pengungsi yang selamat mengungkapkan pasukan keamanan Myanmar sengaja membakar desa-desa permukiman mereka (Foto: Suvra Kanti Das/AP)

SALAM-ONLINE: Lebih dari 2.600 rumah telah dibakar di daerah mayoritas Muslim Rohingya, Rakhine, barat laut Myanmar yang bergolak sejak pekan lalu. Hal ini memicu puluhan ribu pengungsi melarikan diri ke perbatasan Bangladesh dalam 24 jam terakhir.

Pemerintah Myanmar menuduh pejuang Rohingya yang tergabung ke dalam kelompok Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) yang membakar, namun menurut kesaksian warga sipil Muslim Rohingya, pihak tentara Myanmar-lah yang membakar dan menghancurkan rumah-rumah mereka. Militer Myanmar, kata mereka, melakukan kebijakan hangus-bumi. Karena itulah mereka lari untuk menyelamatkan diri.

“Rumah kami dibakar oleh militer … Kami mencoba melarikan diri ke arah gunung tapi mereka menembak mati kedua anak saya bersama ibu mereka, saya berhasil melarikan diri dengan anak-anak saya yang lain,” kata pengungsi Rohingya, Jamal Hossain.

Human Rights Watch (HRW), lembaga pemantau HAM, mengatakan bahwa citra satelit menunjukkan pemusnahan seluruh desa yang dihuni Muslim Rohingya.

“Citra satelit baru menunjukkan kehancuran total sebuah desa Muslim dan menimbulkan kekhawatiran serius bahwa tingkat kehancuran di negara bagian Rakhine utara mungkin jauh lebih buruk daripada yang diperkirakan semula,” kata Wakil Ketua HRW Komite Asia, Phil Robertson seperti dilansir Aljazeera, Ahad (3/9/2017).

Baca Juga

Jalal Ahmed (60), yang tiba di Bangladesh pada Jumat (1/9) mengungkapkan bahwa Rohingya diusir dari Myanmar. Dia tiba di perbatasan Bangladesh bersama sekitar 3.000 orang lainnya setelah berjalan kaki dari Kyikanpyin selama hampir seminggu,

“Sekitar 200 orang militer datang ke desa dan mulai melakukan pembakaran … Semua rumah di desaku sudah hancur. Jika kita kembali ke sana dan tentara melihat kita, mereka akan menembak,” ujar Jalal Ahmed.

Di dekat sungai Naf yang memisahkan Myanmar dan Bangladesh, para pendatang baru di Bangladesh membawa barang-barang mereka ke dalam karung. Mereka membuat tenda-tenda dan mencoba masuk ke tempat penampungan atau rumah penduduk setempat.

Juru bicara regional UNHCR, Vivian Tan, mengatakan kepada Aljazeera di wilayah Cox’s Bazar, Bangladesh bahwa kamp-kamp pengungsi di negara tersebut berada pada titik sudah sulit bernapas, saking sesaknya. (S)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga