Perdagangan Senjata, Tulang Punggung Ekonomi Zionis?

Perusahaan senjata Zionis perlihatkan sistem perisai rudal Iron Beam, hasil pengembangan teknologi senjata militer pada pameran Singapura Air Show 2014

SALAM-ONLINE: Aktivis HAM Etay Mack menjelaskan, hubungan bisnis persenjataan antara penjajah “Israel” dengan berbagai rezim dapat ditelusuri hingga beberapa tahun ke belakang, di mana pada saat itu Zionis sedang berupaya meningkatkan pendapatan perekonomiannya.

Bisnis penjualan senjata ke oknum rezim itu menurutnya merupakan salah satu pendapatan besar penjajah Zionis itu. Fakta ini menjadi sebab mengapa “Israel” nampak rajin memberikan “bantuan” pertahanan ke negara-negara yang didera konflik.

Selama musim panas terakhir berlangsung, terungkap suatu data yang menunjukkan bahwa Kementerian Pertahanan “Israel” telah menyetujui 99,8 persen permintaan ekspor persenjataan ke beberapa negara. Hal ini cukup menjadi bukti bahwa “Israel” merupakan penjajah yang banyak meraup keuntungan dan menggantungkan perekonomiannya dari perdagangan senjata.

Data lain juga menguatkan anggapan tersebut. Penjajah “Israel” merupakan satu-satunya pengekspor besar alat persenjataan yang mampu bertahan dari tekanan tren global di mana negara-negara pengekspor senjata lainnya mengalami penurunan angka penjualan.

Pada Maret lalu, dilaporkan bahwa total penjualan senjata penjajah itu di tahun 2016 mencapai 6,5 miliar dollar AS, meningkat dari total pendapatan sebelumnya yang berada pada angka 5,7 miliar dollar AS. Sebanyak 70 persen pendapatan itu diperoleh dari hasil penjualan senjata ke Afrika.

Negara-negara di Afrika menuding bahwa meluasnya praktik pelanggaran HAM di benua itu diprakarsai oleh lebih dari 100 negara yang menghadiri acara tahunan Pameran Pertahanan “Israel”—di mana pada acara tersebut juga digelar agenda bisnis senjata.

“Israel” juga diyakini menjadi enam teratas pengekspor senjata terbesar di seluruh dunia. Perekonomian “Israel” banyak ditopang oleh penjualan persenjataan yang menyumbang sekitar delapan persen PDB penjajah itu. Sebanyak 100.000 warga “Israel” juga merupakan pekerja di bidang industri persenjataan.

Baca Juga

Jurnalis investigatif media “Israel”, The Haaretz Daily, John Brown, mengungkapkan, “Israel” tidak hanya mengambil keuntungan materil sebagai pengekspor besar persenjataan, namun juga faktor politik.

“Apabila negara-negara menginginkan membeli persenjataan yang hebat, mereka akan mencarinya ke AS ataupun Eropa. Tapi ketika mereka menolak menjualnya, negara-negara itu akan mencari ‘Israel’. Keuntungan bagi ‘Israel’ tidak hanya diukur lewat uang. Seringkali ‘Israel’ mengharapkan adanya keuntungan diplomatis dan kerja sama strategis dari penjualan senjata ini,” terang Brown.

“Israel”, lanjut Brown, nampak merupakan penjajah yang begitu pragmatis dan berorientasi pada keuntungan. Pada kasus “Perang Kotor” yang terjadi di Argentina pada 1970, sebanyak 30.000-an aktivis sayap kiri dilaporkan hilang tanpa jejak. Dalam penelusurannya, Zionis diyakini telah menyuplai dana sekitar 700 miliar dollar AS untuk mempersenjatai pasukan rezim. Belakangan diketahui, sebanyak ribuan orang yang menjadi korban jiwa pada peperangan itu merupakan warga Argentina pemeluk agama Yahudi.

Pameran senjata militer AS, mitra paling dekat yang selalu membela penjajah Zionis

“Di antara yang terbunuh, sekitar 2.000 orang merupakan Yahudi warga negara Argentina. ‘Israel’ mengetahui bahwa senjata yang dijual itu juga digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi. Tetapi mereka tidak berhenti (menyuplai senjata), dan tidak peduli akan hal itu,” tuturnya. (al-Fath/Salam-Online)

Sumber: Aljazeera, Haaretz

Baca Juga