Situasi Terkini Idlib-Suriah Pasca Masuknya Tentara Turki

IDLIB (SALAM-ONLINE): Hampir tiga pekan sejak masuknya tentara Turki ke wilayah Idlib di Utara Suriah, keadaan di provinsi ini tetap berlangsung normal. Warga menjalankan berbagai aktivitas seperti berdagang, bekerja atau berbelanja ke pasar. Sementara anak-anak dan remaja sangat bersemangat pergi ke sekolah, seolah di Idlib tidak ada konflik yang telah mencabik-cabik negeri mereka.

Meskipun di berbagai belahan lain wilayah Suriah terjadi pertempuran sengit, seperti di Deir ez-Zor antara kelompok ISIS dengan pasukan rezim dan sekutunya. ISIS begitu terdesak di sana. Di timur Hasakah antara koalisi Kurdi melawan ISIS dan di utara Hama antara Hai’ah Tahrir Sham (HTS) berhadapan dengan tentara rezim sekaligus usaha infiltrasi pasukan ISIS. Pengeboman masih terjadi di wilayah selatan Suriah seperti di Talbiseh-Homs dan Douma–Damaskus, walau tidak sebanyak tahun-tahun sebelumnya.

Sementara itu di wilayah Ghouta Timur, bayi-bayi mengalami gizi buruk akibat kritisnya pasokan makanan di wilayah yang terkepung selama lebih 6 tahun itu.

Situasi konflik di Suriah yang multi dimensi dan saling tumpang tindihnya kepentingan di dalamnya, membuat jalan revolusi rakyat Suriah semakin panjang dari yang mereka harapkan. Hadirnya Tentara Turki ke wilayah Idlib memberikan harapan baru akan keamanan dan membaiknya situasi, sebagaimana diungkap penduduk.

Warga berharap hal ini akan menjadi angin perubahan bagi kondisi di wilayah Idlib, yakni berakhirnya serangan udara, membaiknya keamanan dan segera terbentuknya pemerintahan sipil yang disepekatai oleh seluruh elemen Revolusi Suriah di Idlib.

Situasi ini pun diperkuat dengan keinginan kelompok HTS (sebelumnya bernama Jabhat an-Nusrah) yang selama ini diidetikkan dengan Al-Qaidah di Suriah, untuk berunding dan bersepakat dengan Turki. HTS, sejak resmi memisahkan diri dari Al-Qaidah, mulai lebih “membumi” dan telah menyepakati kepentingan yang lebih besar, yaitu apa yang akan memberi kebaikan bagi rakyat Suriah.

Hari-hari kini di wilayah Idlib

Sebagaimana disebutkan di atas, wilayah Idlib yang termasuk dalam perjanjian Astana sebagai daerah bebas konflik, kehidupan pun berlangsung normal dan tenang. Masyarakat menjalani berbagai aktivitas seharihari sebagaimana negara lainnya yang damai dan aman.

Penduduk Idlib yang sebagian besar mata pencahariannya berkebun dan berdagang, sangat nampak bersemangat pada hari ini. Maklum saja, karena sekarang adalah musim gugur, peralihan dari musim panas menuju musim dingin.

Kebun-kebun zaytun sekarang sedang panen hingga akhir November nanti. Toko-toko pakaian bekas sangat menjamur dan ramai pembeli. Meskipun bekas, namun pakaian yang datang langsung dari Eropa bermerek terkenal itu sangat layak dipakai pada musim dingin di sini. Begitupun toko-toko perlengkapan lainnya seperti yang menjual pemanas ruangan dan sebagainya.

Salah satu toko yang menjual pakaian untuk menghadapi musim dingin mendatang

Suasana pasar kembali bergairah dengan hadirnya beragam sayuran hijau dan buah-buah beraneka ragam yang selama musim panas menghilang. Kios-kios daging pun ramai lagi dengan pembeli. Maklum cuaca dingin sangatlah cocok untuk menyantap daging, baik itu daging domba, ayam ataupun unta.

Begitu juga sekolah-sekolah yang kembali buka pasca liburan musim panas yang panjang. Murid-murid sekolah mulai dari sekolah dasar hingga menengah atas bahkan universitas dan lembaga kursus kembali ramai dengan para siswanya.

Pelajar nampak bersemangat sekali. Satu hal yang menarik, di sini tidak ada siswa laki-laki dan perempuan yang berjalan beriringan, bercampur baur apalagi berboncengan. Ajaran Islam menjadi bagian budaya di negeri ini. Haram hukumnya yang bukan suami istri saling bercampur baur. Maka di sini tak akan pernah ada kita jumpai, muda-mudi yang berduaan, pacaran, bahkan sekadar ngobrol atau kirim salam. Hukumannya sangat berat jika ada laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim berduaan ataupun saling bercengkrama, bisa dihukum mati di sini.

Baca Juga

Dan satu tradisi yang akan muncul ketika menjelang musim dingin hingga berlalunya musim dingin ialah, tradisi minum teh sambil berjemur di bawah matahari. Karena udara yang mulai dingin, masyarakat memanfaatkan cahaya matahari sebagai penghangat gratis, ditambah sepoci teh manis hangat menemani obrolan mereka. Anda akan jumpai ini hampir di berbagai rumah dan took. Dan sekali-kali mereka akan mengajak Anda bergabung dengan sapaaan khas “tafaddholu” (silakan), itulah kondisi terkini masyarakat di wilayah Idlib.

Presiden Erdogan sang Pewaris Turki Utsmani

Presiden Turki, Reccep Tayyib Erdogan mengatakan pada Selasa (24/10/2017) dalam pertemuan dengan Partai AKP bahwa operasi di Idlib hampir selesai[1]. Misi yang dibawa Turki untuk mengamankan jalur Idlib sebagai kesepakatan Astana telah mecapai target yang dicanangkan pemerintah Ankara.

Isu berikutnya, menurut Erdogan, adalah permasalahan di wilayah Afrin yang dikuasai kelompok aliansi PKK (Kurdi) di Suriah bernama YPG dan sekutunya, SDF[2]. Kelompok ini adalah duri dalam daging bagi revolusi Suriah dan ancaman serius bagi keamanan Turki.

Turki berwarna biru di utara idlib

Sejak Turki masuk ke wilayah Idlib, penduduk Idlib mengelu-elukan Erdogan sebagai pewaris Kesultanan Turki Utsmani, dan Turki Modern telah menjelma menjadi kekuatan baru yang disegani di kawasan. Politik Turki yang dinilai lihai dalam mencari kawan, membuat Turki sekarang dalam posisi yang kuat, sehingga berbagai gertakan yang dibuat Barat terhadap negara ini tak lagi mempan.

Maka pemerintahan Turki dengan mudah menjalankan kebijakannya sendiri di Suriah walaupun harus berhadapan dengan keinginan sekutu sendiri seperti Amerika dan Negara NATO. Seperti diketahui Amerika mendukung penuh aliansi Kurdi PKK-YPG-SDF di utara Suriah, padahal kelompok-kelompok ini merupakan musuh bagi keamanan Turki, sehingga negara pimpinan Erdogan itu harus menggalang sendiri aliansinya untuk menghadang mereka di Jarablus. Dan sekarang Turki mengepung mereka di utara Idlib dan mematahkan rencana Amerika untuk menyerang Idlib dengan menggunakan aliansi Kurdi tersebut.

Penduduk Idlib berharap kehadiran Turki menjadi harapan baru bagi mereka, setelah seluruh dunia mengabaikan rakyat Suriah. Enam Tahun setengah revolusi dan konflik berdarah di Suriah, pembantaian dan penghancuran keji yang dilakukan rezim Nushayri pimpinan Basyar Asad beserta sekutunya, Rusia dan Iran, hingga penggunaan senjata dan bom kimia, ternyata belum mampu membuat dunia bertindak nyata. Peristiwa-peristiwa tragis ini terus terjadi hingga kesepakatan Astana terakhir yang didukung Turki mulai mengubah keadaan.

Kita berharap, setelah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, pemerintahan Turki di bawah pimpinan Erdogan akan mampu berbuat lebih banyak lagi untuk rakyat Suriah yang bertetangga dengan mereka. Juga untuk kaum Muslimin di belahan dunia lainnya, seperti di Burma, Afrika Tengah, Somalia, Mali, Yaman dan tentu saja tanah suci Al-Quds di Palestina.

Sikap Turki dan juga Qatar yang peduli terhadap umat Islam menjadi oase di tengah gurun keringnya kepedulian para penguasa Negara-negara Muslim. Munculnya presiden seperti Erdogan yang kuat secara politik dan pengaruhnya, baik di dalam maupun luar negeri, memberi harapan baru akan munculnya pemimpin dunia Islam di zaman modern ini. (Muawiyah/perbatasan Turki-Idlib)

[1] https://www.trtworld.com/turkey/idlib-mission-largely-completed-but-afrin-still-an-issue-says-erdogan-11617

[2] https://www.rt.com/news/407669-erdogan-idlib-threats-kurds/

Baca Juga