Tuntut Inggris Minta Maaf, Organisasi Pro-Palestina Kampanyekan Penolakan Deklarasi Balfour

Warga Palestina dalam sebuah demonstrasi menentang Deklarasi Balfour pada hari jadinya yang ke-100 di depan Pusat Kebudayaan Inggris di Ramallah, Tepi Barat, pada 18 Oktober 2017 lalu. (Sumber Foto: Issam Rimawi/Anadolu Agency)

SALAM-ONLINE: The Popular Conference for Palestinians Abroad (PCPA) dan sejumlah kelompok pro Palestina lainnya menyiapkan kampanye digital sebagai bentuk protes terhadap pembentukan “Negara Yahudi Israel”. Protes bertepatan dengan peringatan satu abad usia dokumen fundamental pendirian “Negara Yahudi Israel”. Dokumen tersebut bernama Deklarasi Balfour.

Kampanye dengan tagar #Balfour100 ini baru akan diviralkan sehari sebelum tanggal dikeluarkannya dokumen yang diinisiasikan oleh Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, pada 2 November 1917 silam.

Melalui kampanye itu warganet akan memberi tekanan kepada pemerintah Inggris sebagai pihak yang paling berperan atas dikeluarkannya dokumen tersebut. Kampanye ini akan menuntut pemerintah Inggris agar menyatakan permohonan maafnya karena mendukung berdirinya “Negara Yahudi Israel”.

Seperti diketahui, hingga saat ini Zionis “Israel” terus melakukan penjajahan di atas tanah Palestina yang dahulu kala adalah bangsa merdeka sebelum dikeluarkannya Deklarasi Balfour.

Berbanding terbalik dengan opini masyarakat, pemerintah Inggris justru akan merayakan peringatan satu abad Deklarasi Balfour bertempat di Royal Albert Hall pada 7 November nanti. Perdana Menteri penjajah itu, Benjamin Netanyahu, dijadwalkan hadir pada perayaan tersebut.

Sebagai bentuk penolakan atas rencana penyelenggaraan perayaan tersebut, PCPA terus memviralkan kampanye berjudul “Balfour: Proyek Kolonial” yang sudah dimulai sejak dua bulan lalu. Kampanye ini akan terus berjalan hingga 20 November nanti. Tujuannya adalah untuk membangun kesadaran publik bahwa baik secara historis, politik maupun hukum, Deklarasi Balfour merupakan dokumen penting yang dijadikan fundamen awal atas berdirinya “Israel” berikut penjajahannya di atas bumi Palestina.

Dokumen ini pun disebut-sebut sebagai salah satu dokumen paling menimbulkan pertentangan dan kontroversi dalam sejarah modern dunia Arab.

Baca Juga

Kemarin, organisasi pro Palestina di Inggris lainnya, Palestine Return Centre (PRC) merilis sebuah film pendek berjudul “100 Balfour Road”. Film ini juga diproduksi sebagai bentuk kampanye menuntut pemerintah Inggris menyatakan permohonan maaf atas Deklarasi Balfour.

Mantan Perdana Menter Inggris Lord Arthur James Balfour (George Grantham Bain/Wikipedia)

Film berdurasi 12 menit itu menceritakan mengenai sebuah keluarga bahagia di pinggiran kota London yang sedang menikmati makan siang di ruang meja makan. Tak lama berselang, terdengar suara tamu mengetuk-ngetuk pintu. Setelah pintu rumah dibuka, ternyata tamu tersebut adalah pejabat pemerintah yang meminta penghuni rumah agar membantu sebuah keluarga tunawisma. Namun, di akhir cerita justru si penghuni rumah yang akhirnya terpaksa terusir dari rumahnya sendiri. Film pendek tersebut kini sudah dapat disaksikan di akun resmi PRC di YouTube.

Pada awal tahun ini, PRC juga pernah membuat suatu petisi publik menuntut permohonan maaf pemerintah Inggris atas Deklarasi Balfour. Petisi itu berhasil meraih dukungan luas publik dan ditandatangani 10.000 orang.

Merespons petisi  tersebut, pemerintah Inggris menolak menyatakan permohonan maaf dan justru menyatakan “bangga” atas perannya dalam mendirikan “negara Israel”.

Dalam sebuah artikel yang dipublikasikan koran the Daily Telegraph, Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson merespons rencana kedatangan Netanyahu dengan menyampaikan pesan ke publik bahwa dirinya merupakan “sahabat Israel”, namun di sisi lain juga berupaya menunjukkan empatinya kepada rakyat Palestina. (al-Fath/Salam-Online)

Sumber: Middle East Monitor, Aljazeera, The Daily Telegraph

Baca Juga