Cina Jebloskan Puluhan Ribu Muslim Uighur ke Kamp Penahanan

Militer Cina melakukan patroli di Xinjiang, wilayah minoritas Muslim Uighur

SALAM-ONLINE: Cina menjebloskan ribuan bahkan puluhan ribu warga Uighur, kelompok minoritas Muslim, khususnya yang tinggal di provinsi Xinjiang, ke Kamp Penahanan. Mereka dianggap telah melakukan tindakan kejahatan politik dengan tuduhan berideologi “ekstrem”.

Beijing telah lama diketahui meneror dan mengkriminalisasi Muslim Uighur di wilayah tersebut. Cina misalnya melarang Burqa dan hijab di wilayah Xinjiang sebagai bagian dari “Perlawanan Anti-Ekstremisme”, demikian sebuah penyelidikan kantor berita Associated Press (AP), yang dilansir Suptniknews, Selasa (19/12/2017).

Jilbab, hijab dan burqa, menurut penguasa Cina adalah bagian dari “ekstremisme” yang harus dilarang.

Cina Melarang Burqa di Wilayah Uighur, Xinjiang, sebagai bagian dari operasi “Anti-Ekstremisme”

Dokumen penguasa Cina menggambarkan kamp penahanan itu sebagai area ‘yang benar-benar tertutup, jauh dari jangkauan dunia luar dan dijaga ketat oleh militer’. Di tempat ini para tahanan menjalani pelatihan antara tiga bulan hingga dua tahun yang sebenarnya merupakan program de-radikalisasi. Meski begitu, selain de-radikalisasi, mereka juga mendapatkan pelajaran bahasa mandarin, hukum, persatuan antar-etnis dan patriotisme.

Muslim Uighur, ditindas

Selama ditahan, warga Uighur itu harus menaati aturan tinggal, berolah raga, belajar, makan, dan tidur bersama-sama.

“Pemerintah Cina menyebut program penahanan ini sebagai ‘pelatihan kejuruan’, namun tujuan utamanya adalah indoktrinasi,” lapor AP.

Lembaga pemantau HAM, Human Rights Watch (HRW) melaporkan pada Januari lalu bahwa Tibet dan Xinjiang, adalah tempat di mana Beijing telah melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang paling serius di kedua wilayah itu.

Baca Juga

“Sejak 2011, pihak berwenang di Tibet telah menempatkan tim permanen pejabat Partai Komunis di setiap institusi keagamaan untuk mengawasi pengelolaan agama setiap hari …,” demikian catatan HRW.

Ketegangan terjadi pada sebuah demonstrasi di Xinjiang, Cina, pada 2009, memprotes larangan puasa Ramadhan yang dilakukan penguasa Cina

Cina menunjuk Chen Quangui sebagai pejabat tinggi pemerintahan untuk menumpas Muslim Uighur di Xinjiang. Chen dianggap sebagai sosok yang sukses menumpas perlawanan musuh Beijing di Tibet. Chen pernah bersumpah akan membasmi “teroris” dan membuat mereka ciut.

Pekan lalu para pembela HAM memperingatkan langkah penguasa Cina dalam mengawasi dan mengumpulkan data pribadi warga Xinjiang lewat program terselubung “kesehatan masyarakat”. Padahal yang sebenarnya penguasa provinsi itu berencana mengumpulkan dan menyimpan DNA, sidik jari, golongan darah warga Uighur saat mereka berobat ke dokter.

Menurut AP, saat ini ada 10 juta warga Uighur di Cina. Mereka diperlakukan sebagai tersangka teroris. Bagi Muslim Uighur yang diketahui pernah berhubungan dengan kerabat atau keluarga di luar negeri, maka polisi bisa menginterogasinya, kemudian digiring ke kamp penahanan. Mereka juga ditahan karena dianggap punya pemikiran “ekstrem” dan lantaran sekolah di luar negeri atau bepergian ke luar negeri.

Kampanye Cina Mempersekusi Muslim Uighur

Negara-negara Asia Tengah lainnya juga mulai memantau organisasi-organisasi Muslim dengan mata yang lebih tajam, terutama sejak beberapa tahun belakangan ini. Sekelompok orang-orang Asia Tengah dicurigai telah bergabung dengan Daesh (ISIS) di Suriah atau Irak seiring dengan apa yang mereka sebut sebagai serangan “teroris” terjadi di sejumlah negara, mengatasnamakan “ISIS”. (S)

Sumber: Sputniknews

Baca Juga