Di Tengah Suasana Berkabung, Aksi ‘Kemarahan’ Palestina Berlanjut

Aksi di Hari “Kemarahan” Warga Palestina

AL-QUDS (SALAM-ONLINE): Aksi ‘kemarahan’ warga Palestina berlanjut. Pada hari keempat, di tengah suasana berkabung, unjuk rasa kembali pecah di Tepi Barat, Yerusalem Timur yang diduduki dan Jalur Gaza, menyusul sebuah deklarasi pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibu kota “Israel”, lansir Aljazeera, Ahad (10/12/2017).

Di tengah aksi menegangkan, dua pejuang Hamas dan dua demonstran yang gugur, masing-masing akibat serangan udara “Israel” dan tembakan langsung pada Jumat (8/12), telah dimakamkan.

Sedikitnya 25 warga Palestina, termasuk enam anak-anak, terluka dalam serangan udara pada Sabtu malam itu, kata Kementerian Kesehatan Palestina.

Bernard Smith dari Alazeera, melaporkan dari tepi Kota Gaza, yang dekat dengan perbatasan wilayah jajahan “Israel” bahwa bentrokan berlanjut pada Sabtu kemarin.

Demonstrasi bersamaan dengan digelarnya pertemuan para pemimpin Palestina di Ramallah yang bertujuan untuk menguatkan respons terhadap langkah dan keputusan sepihak Presiden AS Donald Trump.

Di Yerusalem Timur, pasukan penjajah “Israel” menembakkan granat setrum dan gas air mata terhadap 100-an demonstran yang menggelar aksi damai di kawasan Salah Eddin, salah satu area perbelanjaan tersibuk di kota itu.

Sedikitnya 13 warga Palestina ditahan dan 12 lainnya cedera saat tentara penjajah itu mendorong dan memukul demonstran di lokasi kejadian. Di antara yang ditahan adalah Jihad Abu Zneid, anggota Dewan Legislatif Palestina.

Sebelum penangkapannya, Abu Zneid mengatakan kepada Aljazeera bahwa para pengunjuk rasa bertekad untuk “tidak pernah menyerah”.

“Ini negara kita dan kita akan menyelamatkannya,” kata Abu Zneid. “Kami akan menyelamatkan ibu kota dan kedaulatan kita di Yerusalem ini.”

Alan Fisher dari Aljazeera, yang melaporkan demonstrasi di Yerusalem Timur yang dijajah mengatakan serangkaian konfrontasi meledak setelah pasukan “Israel” mengadang sekelompok demonstran. Saat sekelompok orang berkumpul di pinggir jalan, polisi penjajah mengirim petugas yang menunggang kuda untuk memecah kerumunan sehingga menimbulkan kemarahan dan kepanikan yang meluas.

“Para penunggang kuda bahkan menggunakan cambuk mereka. Sungguh sangat menakutkan bagi orang-orang yang berdiri di sini, menyaksikan kuda ini melaju ke arah mereka,” kata Fisher.

Baca Juga
Pasukan penjajah “Israel” menahan seorang demonstran Palestina di Yerusalem Timur. Nampak di belakangnya pasukan berkuda penjajah yang siap melecutkan cambuknya ke para demonstran.(Foto: Ammar Awad/Reuters)

Pasukan “Israel” juga menutup sebagian besar toko di kawasan Salah Eddin itu dan menyita bendera serta poster Palestina dari para demonstran.

“Seorang petugas polisi (penjajah) tidak menyukai poster yang dipegang seorang wanita. Dia mengambilnya. Wanita itu keberatan sehingga dia (polisi penjajah) itu meninju wajah wanita Palestina tersebut,” ujar Fisher.

‘Deklarasi perang’

Adegan menegangkan mengikuti keputusan Trump yang mengabaikan peringatan dari masyarakat internasional. Langkah tersebut dikecam oleh para pemimpin dunia, yang menggambarkannya sebagai “eskalasi berbahaya” dan paku terakhir dalam peti mati perundingan damai antara “Israel” dengan Palestina.

Warga Palestina menginginkan Yerusalem Timur (Al-Quds) sebagai ibu kota negara masa depan mereka, sementara Zionis “Israel” mengatakan bahwa kota tersebut berada di bawah pendudukan yang tidak dapat dibagi.

Berbicara pada Jumat (8/12), Menlu AS Rex Tillerson mengatakan bahwa pemindahan kedutaan AS mungkin tidak akan dilakukan,  setidaknya dalam dua tahun ini.

Sementara Sekretaris Jenderal Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat, mengatakan kepada Aljazeera bahwa pimpinan Palestina mempertimbangkan semua opsi sebagai tanggapan atas keputusan Trump.

Dalam sebuah pidato di Kota Gaza pada Kamis (7/12), pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan, tindakan AS tersebut adalah “deklarasi perang melawan orang-orang Palestina”. Ia menyerukan sebuah Intifadhah (perlawanan) baru. (S)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga