Dikepung Rezim Asad, 400.000 Warga Ghouta Timur Terjebak dan Terancam Kelaparan
GHOUTA (SALAM-ONLINE): PBB mengatakan sekitar 400.000 warga sipil masih terjebak di Ghouta. Tak hanya terkepung, rezim juga telah memblokir pengiriman bantuan. Sebanyak 400.000 warga di wilayah ini terancam kelaparan.
PBB telah memperingatkan, situasi kemanusiaan di daerah yang terkepung semakin memburuk. Sedikitnya 500 orang membutuhkan evakuasi medis, di tengah gizi buruk merajalela dan bayi-bayi meninggal karena kekurangan makanan.
“Rezim tersebut mencoba memaksa penduduk Ghouta untuk menerima dipindahkan ke utara Suriah. Tetapi orang-orang di sini tidak menerimanya, mereka tidak mau dipindahkan secara paksa,” kata Hazem Shami, seorang aktivis di Ghouta Timur, Aljazeera melaporkan, Selasa (4/12/2017).
Reporter Aljazeera Zeish Al-Kaze mengatakan, pada April lalu rezim mulai melancarkan serangan di daerah tersebut. Sejak saat itu, orang-orang harus menyelundupkan pengiriman bantuan dari Beirut.
“Dalam dua bulan terakhir, pasokan makanan (hanya) mencapai 20 persen dari kebutuhan sebanyak 400.000 orang yang terjebak di Ghouta Timur,” jelasnya.
Meskipun disepakati sebagai zona de-eskalasi (bukan zona perang), namun Kota Damay, Ghouta, yang terkepung, terus dibombardir oleh rezim Suriah dan sekutunya, Rusia.
Pesawat tempur yang diterbangkan oleh rezim Asad dan Rusia terus mengebom pinggiran Kota Damay, Ghouta, yang terkepung.
PBB mengatakan bahwa pertempuran terus meningkat, meski ada kesepakatan antara Rusia, Iran dan Turki yang menetapkan bahwa tidak boleh ada aktivitas militer di Ghouta Timur, karena termasuk kawasan de-eskalasi.
“Ini seharusnya menjadi daerah yang aman, tapi ternyata tidak aman. Pesawat menyerang sepanjang hari dan semalaman, ke mana kita harus pergi?” kata seorang saksi, Senin (4/12) kepada Aljazeera.
Pada Ahad (3/12), setidaknya 30 orang terbunuh akibat serangan udara yang dilancarkan rezim Asad dan Rusia. Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), korban tewas terbesar dalam satu hari selama tiga pekan, ketika pasukan pro-rezim meningkatkan serangan mereka ke wilayah tersebut.
Ghouta Timur telah dikepung oleh pasukan rezim Asad sejak tahun 2013 dalam upaya untuk memaksa daerah kantong oposisi tersebut untuk tunduk.
“Rezim tidak menghormati kesepakatan de-eskalasi. Rusia mengatakan mereka akan memberikan jaminan, tapi mereka tidak memberikannya,” ungkap Mounther Fares, juru bicara kelompok oposisi Ahrar al-Sham. (EZ/Salam-Online)
Sumber: Aljazeera