Innaa Lillaahi… Ahli Hadits Syaikh Musthafa Al-A’zhami Wafat
RIYADH (SALAM-ONLINE): Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’iuun. Dunia Islam kembali berduka dengan wafatnya seorang ulama besar ahli hadits kontemporer, Prof Dr Syaikh Muhammad Musthafa Al-A’zhami.
Ulama kelahiran Mano, India Utara, tahun 1350 H/1932 M, ini meninggal dunia di Riyadh, Saudi Arabia, Rabu, 2 Rabiul Akhir 1439 H/20 Desember 2017 M.
Kabar meninggalnya Syaikh Al-A’zhami di antaranya diumumkan oleh situs resmi milik Persatuan Ulama Muslim se-Dunia (Al-Ittihad Al-‘Alami li Al-Ulama Al-Muslimin) www.iumsonline.org, yang dipimpin oleh Syaikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi. Organisasi ini menyatakan turut berduka cita atas wafatnya seorang ulama besar yang telah mencurahkan perhatiannya pada studi hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
Syaikh Al-A’zhami adalah ulama ahli hadits yang gigih dalam melakukan penelitian dan membuat karya tulis tentang studi hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan studi Al-Qur’an.
Dua buah karya besarnya, Studies in Early Hadits Literature dan The History of the Qur’anic Text: From Revealation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testament, mendapat perhatian dan apresiasi yang luar biasa dari dunia Islam. Buku ini diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk Indonesia. Edisi bahasa Indonesia yang berjudul “Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya” diterjemahkan oleh salah seorang murid terbaiknya, Prof KH Ali Mustafa Yaqub.
Di kalangan ulama internasional, Syaikh Al-A’zhami dikenal sebagai ulama yang menaruh perhatian serius terhadap upaya-upaya penyelewengan serta kritik terhadap hadits dan wahyu dari para orientalis. Ia berpandangan, tulisan-tulisan para orientalis tentang hadits seperti karya-karya Ignaz Goldziher perlu mendapatkan tanggapan dari cendekiawan Muslim. Karena itu, ia berinisiatif untuk terjun ke medan ini.
Atas kiprahnya dalam pembelaan dan kontribusinya terhadap ilmu hadits, Syaikh Al-A’zhami mendapatkan King Faishal Award pada 1980. Penghargaan ini adalah persembahan dari Raja Faishal kepada para tokoh Islam di seluruh dunia yang berkhidmat kepada umat dalam bidangnya masing-masing. Award ini pulalah yang menjadikan reputasi Syaikh Al-A’zhami terus cemerlang di dunia internasional.
Syaikh Al-A’zhami menamatkan pendidikan strata satu (S1) di College of Science Deoband, India, dalam bidang studi Islam. Ia kemudian melanjutkan S2 ke Fakultas bahasa Arab, Universitas Al-Azhar, Mesir. Tahun 1966, Syaikh Al-A’zhami meraih gelar doktor dari Cambridge University, Inggris.
Prof A.J Arberry, salah seorang dosen di Cambridge University, memberikan pujian terhadap disertasi Syaikh Al-A’zhami yang berjudul Studies in Early Hadits Literature dengan mengatakan, “Dr A’zhami telah merintis pekerjaan yang sangat tinggi nilainya, dan hal itu dilakukan berdasarkan standar-standar yang benar menurut penelitian ilmiah. Menurut pandapat saya, ini adalah salah satu penelitian yang sangat mengagumkan dan paling asli dalam bidang itu pada masa kini.”
Selain itu, pujian juga disampaikan oleh Khalid Faishal, Ketua Lembaga King Faishal Award. Menurutnya, buku Dr Al-A’zhami (tentang hadits, red) adalah sebuah karya akademis yang bagus, membuktikan adanya usaha keilmuan yang terpuji, dengan metode penelitian ilmiah.
Buku ini, kata Khalid, di samping menujukkan loyalitasnya yang tulus kepada hadits Nabawi, juga merupakan suatu pembelaan, dimana ia menyanggah pendapat-pendapat orientalis, menangkis tuduhan-tuduhan palsu mereka, mengkritik pendapat-pendapat mereka dengan argumen yang kuat, meruntuhkan sumber-sumber rujukan mereka yang lemah, menyingkap tabir kekeliruan mereka dalam memahami sejumlah rujukan bahasa Arab.
Aktivitas Syaikh Al-A’zhami dalam bidang pendidikan di antaranya: menjadi guru bahasa Arab di Qatar, Sekretaris Perpustakaan Nasional Qatar, Dosen Fakultas Syariah dan Studi Islam di King Abdul Aziz University (sekarang Ummul Quro University) Makkah Al-Mukarramah, dan dosen Studi Islam di King Saud University Riyadh, Saudi Arabia.
Syaikh Al-A’zhami pernah melakukan kunjungan ke negeri ini untuk membedah buku-bukunya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Ia berkeliling ke berbagai kampus dan komunitas-komunitas keilmuan, ditemani oleh seorang muridnya yang telah lebih dulu wafat, Prof KH Ali Mustafa Yaqub.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni keduanya, merahmati mereka, dan memberikan tempat yang terbaik di surga-Nya. Aamiin. (AW/Salam-Online)