Peneliti Timteng: Amerika tidak Bisa Dijauhkan dengan Zionis

Trump dan Netanyahu, tak bisa dijauhkan

JAKARTA (SALAM-ONLINE):  Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota “Israel” menuai kemarahan dari para pemimpin dunia.

Banyak yang merasa langkah pemerintah AS tersebut mengancam stabilitas di kawasan tersebut dan sekitarnya serta menghancurkan prospek pencapaian perdamaian antara “Israel” dengan Palestina.

Ketua Kajian Timur Tengah Universitas Indonesia (UI), Dr Yon Machmudi mengatakan bahwa hal itu menunjukkan pengaruh lobi “Israel” yang semakin kuat terhadap AS. Kini Trump secara terang-terangan mendukung Yerusalem sebagai ibu kota “Israel”.

Kebijakan yang tidak menguntungkan Palestina, sambung Yon, selalu ada sejak presiden-presiden AS sebelumnya. Mereka berhasil menundanya, tetapi tidak dengan Trump. Amerika tidak bisa dijauhkan dengan Zionis “Israel”, hal itu sudah jadi tradisi. Tapi saat ini Trump berani mempertaruhkan hancurnya perdamaian demi mendukung “Israel”.

“Tentu ada keuntungan ekonomis AS dengan memprovokasi konflik dan ketegangan di Timur Tengah. AS berkepentingan dengan peningkatan perdagangan senjata. Kita ketahui saat ini saja Saudi Arabia telah membeli persenjataan canggih dari AS senilai lebih dari 300 miliar US dollar,” ungkapnya kepada Salam-Online, Sabtu (9/12/2017).

Baca Juga
Dr Yon Machmudi

Tekanan kepada AS dan “Israel”, kata dia, harus dilakukan lebih masif, melibatkan semua elemen dunia. Mengecam kebijakan keji mereka yang mengenyampingkan nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian.

Kebijakan Trump ini, ujar Yon, telah merusak tatanan dunia dan itu yang sering dilakukan oleh AS. Sekarang dilakukan secara terang-terangan seakan tidak ada yang mampu mencegahnya.

Ini semua terjadi, menurut Yon, karena mereka banyak tersandera oleh kepentingan AS dan “Israel”. Seperti Saudi sedang mengalami krisis ekonomi, Mesir juga mengalami krisis politik dan ekonomi. Sebagian besar legitimasi politik mereka rendah sehingga tergantung dengan kekuatan asing, terutama AS.

“Mereka juga tidak bisa bersatu dan saling berkonflik satu sama lain. Dunia Islam harus bersatu menghadapi move AS dan melupakan perseteruan selama ini. Yerusalem, terutama Al-Aqsha, adalah alat pemersatu umat. Mereka harus bersama-sama membela. Di sinilah ketulusan diuji,” tandasnya. (EZ/Salam-Online)

Baca Juga