Unjuk Rasa Anti Pemerintah di Iran, Dua Demonstran Tewas
TEHERAN (SALAM-ONLINE): Sedikitnya dua pengunjuk rasa tewas dalam demonstrasi anti-pemerintah yang jarang terjadi di Iran, kata kantor berita semi resmi Iran.
Kantor berita Mehr seperti dikutip Aljazeera, Ahad (31/12/2017) melaporkankan setidaknya dua orang tewas pada Sabtu malam di Dorud, sebuah kota di Iran barat.
Wakil Gubernur Provinsi Lorestan, Habibollah Khojastepour mengatakan bahwa kehadiran “agitator” telah mencegah berakhirnya demonstrasi yang damai, menurut Mehr.
Khojastepour mengatakan, polisi maupun pasukan keamanan menembaki para demonstran. Dia tidak memberikan alasan untuk kematian pengunjuk rasa.
Berita tentang kematian tersebut terjadi saat Menteri Dalam Negeri Abdolrahman Rahmani Fazli memperingatkan demonstran terhadap perilaku yang mengganggu ketertiban dan pelanggaran hukum.
“Mereka yang merusak properti publik, mengganggu ketertiban dan melanggar hukum harus bertanggungjawab atas perilaku mereka dan membayar harganya,” kata Abdolrahman Rahmani Fazli di televisi pemerintah pada Ahad (31/12).
Protes anti pemerintah di Iran memasuki hari ketiga. Warga Iran menggelar demonstrasi sejak Kamis (28/12) di kota kedua terbesar Iran, Masshad, untuk memprotes melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok.
Sejak itu aksi protes mendapat momentumnya, menyebar ke kota-kota lain, dan digambarkan sebagai yang terbesar dalam hampir satu dekade ini.
Sabtu (30/12) kemarin menandai hari ketiga demonstrasi anti-pemerintah. Mahasiswa dan polisi pun bentrok di Teheran.
Video yang diposkan di Twitter oleh Pusat Hak Asasi Manusia yang berpusat di New York menunjukkan polisi yang dilengkapi peralatan anti huru hara itu bentrok dengan para pengunjuk rasa di luar gerbang menuju Universitas Teheran.
Video kedua menunjukkan jalan yang diliputi asap—konon dari gas air mata—di daerah yang sama.
Aljazeera belum berhasil mengonfirmasi tentang kebenaran rekaman tersebut. Namun kantor berita semi-negara, Fars, juga melaporkan adanya bentrokani antara polisi dengan demonstran di Universitas Teheran.
Sementara itu, sepuluhan ribu massa di seluruh Iran menghadiri unjuk rasa pro-pemerintah yang direncanakan sebelumnya pada Sabtu (30/12) untuk menandai berakhirnya kerusuhan di negara tersebut.
Rekaman tayangan televisi menunjukkan massa di beberapa kota melambaikan bendera dan membawa spanduk bertuliskan Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.
“Mereka tidak lagi takut akan pasukan keamanan,” kata Potkin Azarmehr, seorang blogger yang fokus pada perjuangan pro-demokrasi sekuler di Iran kepada Aljazeera. Ia mengatakan, beberapa kelompok telah melakukan demonstrasi untuk beberapa lama “dan sekarang slogan mereka menjadi lebih radikal”.
“Mereka tampaknya tidak lagi takut terhadap pasukan keamanan,” katanya.
Analis Iran di Middle East Eye, Mahan Abedin mengatakan bahwa demonstrasi tersebut mencerminkan kesenjangan antara orang-orang Iran biasa dan elite politik.
Protes tersebut nampaknya, “Diartikulasikan oleh orang-orang seolah-olah memiliki motif ekonomi semata,” ujarnya.
“Saya pikir sesuai dengan budaya lama, mau tidak mau protes ini menjadi politis.”
“(Ini adalah pemerintahan yang sangat elitis, mereka adalah elite birokrasi, elite teknokratik. Mereka sangat jauh dari rakyat biasa.”
Laporan mengatakan bahwa aktivis media sosial telah meminta demonstrasi diteruskan pada hari keempat, Ahad (31/12).
AS dengan cepat menanggapi perkembangan, memperingatkan Teheran agar tidak menangkap pengunjuk rasa yang melakukan demonstrasi dengan damai.
Sumber: Aljazeera