JAKARTA (SALAM-ONLINE): Centre of Study for Indonesian Leadership (CSIL) memprediksi suara partai politik (Parpol) Islam di Pilkada 2018 dan Pemilu 2019 nanti akan meningkat. Hal ini didasari momentum 212 sebagai penyebabnya.
Jika pada Pemilu 2014 lalu lembaga survei rata-rata memprediksi suara Parpol Islam atau yang berbasis massa Islam (PKS, PKB, PPP, PAN dan PBB) akan bertahan di 15% dan kenyataannya Parpol Islam mendapat suara keseluruhan 31,40%, maka CSIL memperkirakan pada perhelatan demokrasi yang akan datang, konsituen untuk Parpol Islam itu akan meningkat.
Meski demikian, CSIL menjelaskan kenaikan suara tersebut tidak begitu signifikan lantaran pasca 212 ada begitu banyak hadangan dan konsolidasi umat Islam yang belum selesai.
“Sulit naik, tapi pasti naik. Saya yakin partai Islam naik, tapi tidak seindah 212 itu, karena belum selesai konsolidasinya,” ungkap Direktur Eksekutif CSIL, Aji Dedi Mulawarman dalam Diskusi ‘Quo Vadis Suara Umat Islam pada Pilkada Serentak 2018 & Pilpres 2019” di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Rabu (24/1/18).
Sebab lain dari tidak begitu signifikannya kenaikan suara Parpol Islam, menurut Dedi, karena sikap Parpol Islam yang tidak begitu ideologis.
Ideologi Islam yang menjadi visi dan misi parpol tertutupi pragmatisme kepentingan kelompok, membuat konstituen Islam pesimis dan apatis.
Dia melihat anggapan Konstituen terhadap Parpol yang tidak pro terhadap kepentingan umat, namun pro kepada kepentingan golongan, menjadi PR tersendiri.
“Partai Islam belum sepenuhnya pro Islam. Ideologinya gak jalan. Logika bekerjanya pragmatis,” ungkap Dedi.
Saat ditanya apakah Parpol Islam bisa bersatu dalam ajang Pilpres 2019 nanti, Dedi tidak begitu yakin. Namun dia sendiri mengatakan koalisi Parpol Islam mestinya dilakukan untuk menjaga suara Umat Islam agar mencapai lebih dari 30%.
“Harusnya mungkin, harusnya begitu (Parpol Islam bersatu),” harapnya. (MNM/Salam-Online)