Donald Trump Ancam Stop Bantuan untuk Otoritas Palestina

Keputusan sepihak Presiden AS Donald Trump untuk mengakui Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota Zionis “Israel” menuai kecaman dari masyarakat internasional. (Foto: Jim Bourg/Reuters)

SALAM-ONLINE: Presiden AS Donald Trump, yang keputusan sepihaknya 6 Desember 2017 lalu mengakui Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota Zionis sehingga memicu kecaman global dan demonstrasi yang meluas, kini mengancam untuk menyetop bantuan kepada Otoritas Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.

Dalam postingan di akun Twitternya, Selasa (2/1/18), Trump mengatakan, “Kita beri orang-orang Palestina (tepatnya otoritas Palestina pimpinan Mahmoud Abbas, red) RATUSAN JUTA DOLAR setahun tetapi tidak mendapat apresiasi atau penghormatan. Mereka bahkan tidak ingin menegosiasikan perjanjian damai yang telah lama tertunda dengan Israel.”

Dia melanjutkan, “Dengan orang-orang Palestina yang tidak mau lagi berdamai, mengapa kita harus memberi untuk masa depan yang besar ini kepada mereka?”

“Bukan hanya Pakistan yang kita beri miliaran dolar, tapi juga banyak negara lainnya. Sebagai contoh, kita membantu orang-orang Palestina RATUSAN JUTA DOLAR setahun tetapi kita tidak mendapat apresiasi atau penghormatan. Mereka bahkan sudah lama tidak ingin bernegosiasi…,” kicau Trump.

Sementara ini belum ada reaksi langsung dari pejabat Palestina terhadap tweet Trump tersebut.

Bantuan AS kepada Otoritas Palestina (PA) pimpinan Presiden Mahmoud Abbas saat ini mencapai sekitar US$300 juta per tahun. Sementara AS memberi penjajah Zionis “Israel” bantuan militer tahunan sebesar US$3,1 miliar. Tahun depan, angka itu akan meningkat menjadi US$3,8 miliar dalam 10 tahun yang disepakati oleh Barack Obama sesaat sebelum dia berhenti sebagai Presiden AS.

Awal pekan ini, Otoritas Palestina mengatakan bahwa mereka memanggil utusannya di Amerika Serikat menyusul keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Zionis “Israel”.

Pemanggilan tersebut dilakukan setelah pejabat Palestina mengatakan bahwa mereka akan menolak alias “tidak lagi menerima” rencana perdamaian yang diajukan oleh Washington setelah pernyataan sepihak Trump pada 6 Desember lalu terkait Yerusalem.

Baca Juga

Saat ini tidak ada negara yang memiliki kedutaan besarnya di kota yang merupakan rumah bagi situs-situs suci dan memiliki arti penting bagi umat Islam, Kristen dan Yahudi tersebut.

Pengumuman Trump memicu demonstrasi mematikan di wilayah Palestina yang diduduki. Juga melahirkan aksi solidaritas untuk mendukung bangsa Palestina di seluruh dunia Islam.

Mayoritas besar negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menentang keputusan AS itu. Resolusi Majelis Umum PBB, Kamis (21/12/2017) menyatakan bahwa pengakuan sepihak AS atas Yerusalem sebagai ibu kota “Israel” itu “batal demi hukum”.

Trump sebelumnya mengatakan bahwa dia ingin mengagendakan kembali “pembicaraan damai” yang beku antara “Israel” dengan Palestina untuk mencari “kesepakatan akhir”.

Status Yerusalem adalah aspek yang sangat sensitif dari bangsa terjajah, Palestina, dengan penjajah Zionis “Israel”.

Penjajah Zionis mengklaim Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota wilayah jajahannya, menyusul pencaplokan atas Yerusalem Timur dalam perang 1967.

Sementara para pemimpin Palestina telah lama menyebut Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka. Mereka dengan keras menentang setiap perubahan yang dapat dianggap melegitimasi pendudukan dan aneksasi Zionis “Israel” terhadap sektor di timur kota tersebut. (S)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga