Ribuan Pekerja PBB di Gaza Protes Pemotongan Bantuan untuk Pengungsi Palestina

GAZA (SALAM-ONLINE): Sekitar 13.000 pekerja Badan Bantuan PBB untuk Pengungsi Palestina (United Nations Relief and Works Agency-UNRWA) mogok massal dan menggelar unjuk rasa, Senin (29/1/18) kemarin. Layanan sekolah, klinik dan pusat distribusi makanan di Jalur Gaza pun lumpuh.

Aksi itu, seperti dilansir Aljazeera, Selasa (30/1) dilakukan sebagai bentuk protes terkait rencana pemotongan anggaran terhadap UNRWA, badan PBB yang mengurusi pengungsi Palestina. Mereka khawatir pemotongan anggaran itu berarti menghentikan layanan dan mengakhiri kontrak untuk ribuan pekerja badan PBB tersebut.

UNRWA merupakan badan PBB yang bertugas memberikan bantuan pendidikan, kesehatan, layanan sosial dan bantuan darurat kepada empat ratus ribu pengungsi Palestina yang tinggal di Yordania, Lebanon, Suriah, Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Pemotongan anggaran dalam jumlah jutaan dolar atau bahkan penghentian bantuan itu disebabkan setelah mayoritas negara anggota PBB tidak memberikan dukungannya terhadap keputusan sepihak AS yang mengklaim Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibu kota wilayah jajahan Zionis “Israel”.

Baca Juga

AS hanya akan memberikan bantuan sebesar 60 juta dolar AS kepada UNRWA dari 125 juta dolar AS total bantuan yang seharusnya disalurkan ke badan tersebut. Kemlu AS, kutip Reuters, menyatakan, jika dana sebesar 65 juta dolar itu mau dicairkan, maka UNRWA perlu melakukan reformasi terlebih dahulu. Namun, tidak jelas bentuk reformasi yang harus dilakukan UNRWA. Karena itulah keputusan ini membuat para pekerja kemanusiaan PBB itu geram.

Untuk diketahui, saat ini UNRWA mengoperasikan 278 sekolah di Gaza. Sekitar 300.000 pelajar menaruh harapan pendidikan mereka di sekolah-sekolah tersebut. Para peserta aksi mogok mengatakan, pemotongan dana AS hanya akan makin memperburuk kesulitan di Jalur Gaza. Ribuan pekerja kemanusiaan itu berpawai dari markas PBB di Kota Gaza sambil mengibarkan bendera Palestina dan mengangkat spanduk bertuliskan “Martabat tak ternilai harganya”. (S)

Sumber: Aljazeera, Reuters

Baca Juga