Unjuk Rasa di Iran Berlanjut, Korban Tewas Bertambah Jadi 12 Orang

Demo dmeluas, tuntutan meningkat, korban tewas bertambah jadi 12 orang

TEHERAN (SALAM-ONLINE): Korban tewas dalam unjuk rasa di Iran bertambah dari semula 2 orang, kini sedikitnya 12 pengunjuk rasa meregang nyawa, demikian laporan media lokal yang dikutip Aljazeera, Senin (1/1/2018) malam. Dilaporkan, demonstrasi anti-pemerintah berlanjut di seluruh negeri.

Ribuan orang terlibat dalam demonstrasi sejak aksi pertama berlangsung pada Kamis, 28 Desember 2017 lalu. Unjuk rasa digelar untuk memprotes harga-harga kebutuhan pokok yang melonjak, memburuknya ekonomi dan tingkat pengangguran yang semakin tinggi.

Namun belakangan unjuk rasa tak hanya protes masalah ekonomi. Kini aksi berkembang ke ranah lainnya. Demonstran menuntut pengungkapan kasus korupsi. Selain itu tuntutan politik juga disuarakan dengan desakan mundurnya rezim saat ini.

Ini adalah unjuk rasa terbesar sejak demonstrasi besar-besaran pernah terjadi di tahun 2009.

TV Negara melaporkan pada Senin (1/1) bahwa 10 orang tewas dalam unjuk rasa di beberapa kota pada Minggu (31/12/2017) kemarin. Laporan tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kematian demonstran tersebut.

Namun media lokal melaporkan bahwa di antara mereka yang tewas, enam orang terbunuh di Twiserkan, provinsi Hamedan, dan tiga lainnya di Shahin Shahr, provinsi Esfahan. Satu lainnya terbunuh di Izeh, sementara dua lainnya lebih dulu tewas dalam demonstrasi di Dorud, Iran barat, Sabtu (30/12/2017) malam lalu.

Dilaporkan pula, sekitar 400 orang telah ditangkap di seluruh Iran dalam demonstrasi tersebut, demikian kantor berita resmi Iran.

Pada Minggu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan bahwa warga di negaranya memiliki hak untuk melakukan demonstrasi, namun dia memperingatkan bahwa kekerasan tidak dapat diterima.

“Harus jelas bagi semua orang bahwa kita adalah orang-orang yang bebas. Menurut konstitusi dan hak-hak warga negara, orang bebas untuk mengekspresikan kritik dan protes mereka,” kata Rouhani dalam tayangan televisi di ibu kota Iran, Teheran, Minggu.

Baca Juga

“Namun, kita perlu memperhatikan cara mengkritik dan memprotes itu. Harus sedemikian rupa sehingga akan mengarah pada perbaikan masyarakat dan negara,” katanya.

Rouhani juga mengingatkan bahwa orang memiliki hak untuk melakukan demonstrasi, namun demonstrasi tersebut seharusnya tidak membuat masyarakat merasa khawatir akan kehidupan dan keamanan mereka.

Aksi pertama, Kamis lalu berlangsung di Masyhad, kota terbesar kedua. Kemudian unjuk rasa berlanjut ke kota-kota dan provinsi lainnya, termasuk ke ibu kota Teheran.

Beberapa video yang diposkan di media sosial menunjukkan demonstran menyerukan jatuhnya pemerintahan Rouhani.

Merespons apa yang terjadi di Iran, Kementerian Luar Negeri Kanada mengatakan bahwa pihaknya “memantau dengan ketat” demonstrasi di negara tersebut. Kanada menyerukan “pemerintah Iran untuk menegakkan dan menghormati hak asasi manusia dan demokrasi”.

“Kanada juga mendorong warga Iran menjalankan hak dasarnya untuk melakukan demonstrasi secara damai,” kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan singkat pada 31 Desember 2017.

“Kanada akan terus mendukung hak-hak fundamental warga Iran, termasuk hak kebebasan berekspresi,” lanjut Kementerian tersebut.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran mengecam respons Kanada tersebut sebagai bentuk “intervensi”. “Hal itu melanggar komitmen internasional negara tersebut,” ujarnya. (S)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga