Diminta Oposisi Turki Duduk Semeja dengan Asad, Erdogan: Apa yang Kita Bicarakan dengan Pembunuh?
ANKARA (SALAM-ONLINE): Presiden Recep Tayyip Erdogan, Kamis (8/2/18), menolak keras sebuah seruan dari pemimpin oposisi utama Turki yang meminta untuk menjalin kontak dengan rezim Basyar Asad di Suriah.
“Dia berkata: ‘Duduklah (semeja) bersama Asad dan diskusikan masalah ini’,” ungkap Erdogan mengutip ucapan Ketua Partai Republik (CHP) Kemal Kilicdaroglu.
“Apa yang akan kita bicarakan dengan seorang pembunuh yang telah membunuh 1 juta warganya,” tegas Erdogan di komplek kepresidenan di Ankara.
Dilansir dari kantor berita Anadolu, Kamis (8/2), pada Selasa (6/2), dalam pidatonya di hadapan anggota partainya, Ketua Partai CHP Kilicdaroglu meminta pemerintahan Erdogan agar menjalin kontak dengan rezim Asad untuk menyelesaikan konflik di Suriah.
Erdogan mengatakan bahwa operasi yang sedang berlangsung di Suriah utara akan membuka jalan bagi para pengungsi, yang saat ini di bawah panduan Turki, untuk kembali ke tanah dan rumah mereka sendiri.
“Kami akan memecahkan masalah Afrin dan Idlib. Kami ingin saudara pengungsi kami kembali ke tanah dan rumah mereka sendiri. Tentunya, kita tidak akan menampung 3,5 juta (warga Suriah) di sini (di Turki) selamanya. Bagaimanapun, mereka ingin kembali ke tanah mereka sendiri sesegera mungkin,” ujar Erdogan.
Seperti diketahui, pada 20 Januari 2018 lalu, Turki mulai meluncurkan Operation Olive Branch untuk ‘membersihkan’ teroris PYD/PKK dan Daesh (ISIS) dari Afrin, Suriah barat laut.
Sejak awal operasi hingga saat ini sebanyak 1.028 teroris PYD/PKK dan Daesh telah “dinetralisir”—sebuah istilah yang menunjukkan bahwa para teroris telah menyerah atau terbunuh, kata militer Turki, Kamis.
Menurut Staf Umum Turki, operasi tersebut bertujuan untuk membangun keamanan dan stabilitas di sepanjang perbatasan Turki dan wilayah tersebut serta untuk melindungi orang-orang Suriah dari penindasan dan kekejaman teroris.
Militer Turki menyatakan, operasi tersebut dilakukan di bawah kerangka hak Turki berdasarkan hukum internasional, keputusan Dewan Keamanan PBB, hak pembelaan diri berdasarkan piagam PBB dan penghormatan terhadap integritas teritorial Suriah.
Militer juga mengatakan bahwa hanya target teroris yang dihancurkan. Oleh karenanya, “sangat penting” diketahui, operasi yang digelar tidak membahayakan warga sipil mana pun.
Afrin menjadi tempat persembunyian dan basis utama bagi PYD/PKK sejak Juli 2012 ketika rezim Asad di Suriah meninggalkan kota tersebut dan menyerahkannya ke kelompok teror PYD/PKK. (S)
Sumber: Anadolu Agency