Gabungan Lembaga Kemanusiaan Malaysia: Hentikan Serangan Brutal terhadap Warga Sipil Suriah

Gabungan Lembaga Kemanusiaan Malaysia mengutuk pembantaian lewat serangan brutal terhadap warga sipil Suriah, khususnya di Ghota Timur, yang dilancarkan oleh rezim Basyar Asad serta sekutu setianya, Rusia, dan milisi-milisi Syiah dukungan Iran. Serangan intens itu makin gencar dilakukan dalam beberapa bulan terakhir.

KUALA LUMPUR (SALAM-ONLINE): Gabungan lembaga kemanusiaan Malaysia seperti Syria Care, My Care, Malaysia Humanitarian Aid & Relief (MAHAR), Pertubuhan Sinar Damsyik (PERSIDAM), Islamic Medical Association Malaysia (IMAM), Islamic Medical Association Malaysia (IMAM) dan 7 NGO lainnya, mengutuk serangan rezim Basyar Asad dan sekutunya terhadap warga sipil di Ghouta Timur.

Gabungan lembaga kemanusiaan Malaysia ini mendesak dihentikannya pembantaian melalui serangan biadab dan brutal terhadap warga sipil di wilayah yang merupakan zona de-eskalasi yang dilarang melancarkan agresi sebagaimana tertuang dalam kesepakatan Astana.

“Mewakili rakyat Malaysia mengutuk keras pembunuhan ke atas orang awam (warga sipil, red) di Timur Ghouta oleh rezim Basyar Asad serta sekutu kuatnya Rusia,” demikian Pernyataan Sikap Bersama yang diterima Salam-Online, Kamis (22/2/2018) malam.

Mereka juga menuntut agar akses bantuan kemanusiaan untuk segera dibuka di kawasan Ghouta Timur, khususnya bantuan obat-obatan dan persidiaan makanan. Tuntutan ini disampaikan langsung ke kedutaan Rusia di Malaysia karena dianggap sebagai sekutu terkuat rezim Suriah.

“Nota ini diserahkan kepada wakil kedutaan Rusia atas kapasitas Kremlin sebagai sekutu kuat (rezim Suriah),” tulis rilis tersebut.

Penindasan dan penyerangan rezim Basyar Asad serta Rusia dan milisi-milisi dukungan Iran terhadap wilayah Ghouta timur di Suriah sampai saat ini masih berlanjut. Ribuan warga sipil mencari perlindungan dengan melarikan diri. Banyak di antara mereka terpaksa menetap di tempat penampungan yang seadanya.

Baca Juga

Sejak November 2017 lalu, Ghouta Timur yang posisinya berada di pinggiran Ibu Kota Suriah, Damaskus, telah menjadi sasaran brutal rezim Asad dan sekuutnya.

Di bawah pengepungan rezim Suriah sejak akhir 2012 itu, Ghouta Timur saat ini berada dalam jaringan zona de-eskalasi (wilayah yang seharusnya terlarang melakukan tindakan agresi), sebagaimana kesepakatan Astana yang disponsori Rusia, Iran dan Turki. Namun Rusia dan rezim Asad beserta milisi Syiah dukungan Iran selalu melanggar kesepakatan itu.

Menurut laporan lembaga HAM Suriah, Syrian Observatory for Human Rights (SOHR), tidak ada tempat untuk berlindung bagi warga sipil di sana, karena semua bangunan dan tempat telah menjadi sasaran brutal rezim dan sekutunya.

Reuters melaporkan, sedikitnya 38 orang meregang nyawa di Ghouta Timur pada Rabu (21/2). SOHR mengonfirmasi, 310 orang lebih tewas dan 1550 lainnya luka-luka selama tiga hari berturut-turut dalam pekan ini.

Sementara PBB telah mendokumentasikan 346 kematian warga sipil dan 878 orang terluka di Ghouta Timur sejak 4 Februari 2018 lalu akibat serangan udara rezim Asad dan Rusia yang menyasar daerah permukiman. (MNM/Salam-Online)

Baca Juga