Resolusi Gencatan Senjata untuk Suriah Sempat Tertunda karena Negosiasi dengan Rusia

NEW YORK (SALAM-ONLINE): Meski sempat tertunda selama lebih 24 jam, Dewan Keamanan (DK) PBB akhirnya, Sabtu (24/2/2108), mengesahkan sebuah resolusi yang menyerukan gencatan senjata selama 30 hari di Suriah dengan kalimat “tanpa penundaan”.

“Semua pihak (harus) menghentikan permusuhan tanpa penundaan dan berkomitmen untuk memastikan jeda bagi kemanusiaan setidaknya selama 30 hari berturut-turut di seluruh Suriah untuk memungkinkan pengiriman bantuan dan layanan kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan, berkelanjutan dan untuk evakuasi medis orang sakit dan terluka parah, sesuai dengan hukum internasional yang berlaku,” demikian antara lain bunyi resolusi tersebut sebagaimana dilansir kantor berita Anadolu, Ahad (25/2).

Resolusi itu juga menyerukan evakuasi medis untuk 700 orang, terutama di daerah pinggiran Damaskus yang terkepung, Ghouta Timur.

Gencatan senjata dituntut agar diberlakukan pula di kota-kota Suriah lainnya seperti Yarmouk, Al-Fu’ah dan Kafriya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan resolusi tersebut segera dilaksanakan.

“Saya menyambut baik resolusi Dewan Keamanan atas sebuah gencatan senjata di Suriah dan meminta semua pihak untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dengan segera,” kata Guterres di akun media sosialnya.

Guterres juga meminta semua pihak untuk mematuhi undang-undang internasional dan melindungi warga dan infrastruktur sipil.

Resolusi yang disiapkan oleh Swedia dan Kuwait tersebut, disetujui setelah beberapa penundaan, karena anggota dewan berusaha meyakinkan Rusia, pendukung kuat rezim Basyar Asad.

Pemungutan suara yang digelar pada Sabtu sekitar pukul 2.30 waktu setempat, sempat ditunda lebih dari 24 jam karena ketidaksepakatan antara Rusia dan anggota Dewan Keamanan lainnya mengenai redaksi (kalimat) resolusi tersebut. Sebuah pertemuan awalnya dijadwalkan pada Jumat pukul 11:00 waktu setempat, kemudian tertunda hingga Sabtu.

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley mengkritik Rusia karena menunda pertemuan Dewan Keamanan dengan mengatakan bahwa pihaknya “terlambat memutuskan untuk bergabung dalam konsensus internasional”.

Baca Juga

“Hampir tidak ada (redaksi) resolusi yang berubah kecuali beberapa kata dan koma,” kata Haley usai memberikan suaranya seperti dikutip Aljazeera, Ahad (25/2).

“Setiap menit dewan menunggu Rusia, penderitaan manusia (di Suriah) bertambah.”

Editor Diplomatik Aljazeera, James Bays, yang melaporkan dari markas besar PBB di New York, mengatakan bahwa Rusia menolak versi resolusi sebelumnya yang meminta “gencatan senjata segera” di Suriah.

Redaksi (kalimat) resolusi yang disetujui menyerukan gencatan senjata “tanpa penundaan”, katanya.

Sementara perwakilan Tetap Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia mengklaim bahwa “ribuan teroris” berada di Ghouta Timur.

Daerah pinggiran ibu kota Damaskus, yang merupakan rumah bagi 400.000 penduduk itu, dikepung selama lima tahun terakhir dan akses kemanusiaan, termasuk makanan dan medis, benar-benar terputus.

Dalam delapan bulan terakhir, rezim Asad mengintensifkan blokadenya, sehingga hampir tidak mungkin bagi makanan atau obat-obatan masuk ke distrik tersebut, membuat ribuan pasien yang memerlukan perawatan terabaikan.

Menurut lembaga pertahanan sipil Suriah, White Helmets atau Helm Putih, serangan rezim telah merenggut nyawa 389 orang di Ghouta Timur dalam enam hari terakhir. Dan, selama sepekan, sejak Ahad (18/2), lebih dari 500 orang meregang nyawa, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris. (MNM/Salam-Online)

Sumber: Anadolu Agency, Aljazeera

Baca Juga