Sehari Setelah Keluar Resolusi Gencatan Senjata, Rezim Asad Serang Ghouta Timur dengan Gas Klorin

GHOUTA TIMUR (SALAM-ONLINE): Sehari setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata selama 30 hari untuk Suriah, rezim Basyar Asad pada Ahad (25/2/2018) menyerang daerah pinggiran Damaskus yang terkepung, Ghouta Timur, dengan gas klorin, badan pertahanan sipil Suriah, White Helmets, melaporkan.

Dilaporkan, pejabat rumah sakit di Douma mengonfirmasi kepada kantor berita Anadolu bahwa sebanyak 16 orang telah terpapar racun gas klorin dalam serangan kimia tersebut.

Diketahui, pasukan rezim telah menyerang Douma sebanyak tiga kali dengan gas klorin dalam dua bulan terakhir.

Sementara dilaporkan seorang anak terbunuh dalam serangan yang menyasar kota Al-Shifoniya, tulis White Helmets di akun Twitter resminya, seperti dikutip kantor berita Anadolu, Senin (26/2). Dikatakan, kematian disebabkan sesak napas (akibat terkena gas klorin), termasuk yang menimpa terhadap dua relawan Pertahanan Sipil Suriah tersebut.

Sebelumnya pada Minggu, pasukan rezim juga melancarkan serangan udara dan artileri di kota Douma, Harasta, Al-Shifoniya, Kafr Batna, Saqba, Beit Sawa dan Al-Marj, kata seorang sumber Helm Putih (White Helmets) yang, untuk keamanan, tak mau disebutkan identitasnya.

Daerah permukiman di kota Jisr al-Shughur di provinsi Idlib barat laut juga dilaporkan mengalami serangan berat dari pasukan rezim.

Pesawat tempur rezim juga menyerang kota Kafr Zita di provinsi Hama tengah, kata sumber tersebut.

Jumlah korban terbunuh akibat serangan tersebut bertambah lagi lima orang, termasuk seorang wanita dan seorang anak. Padahal Dewan Keamanan PBB pada Sabtu telah mengeluarkan sebuah resolusi yang menyerukan gencatan senjata selama 30 hari di Suriah sehingga memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.

Baca Juga

Keputusan gencatan senjata terjadi saat pasukan rezim mengintensifkan serangan terhadap Ghouta Timur dalam beberapa hari terakhir yang menewaskan ratusan orang.

Ghuota Timur yang berpenduduk sekitar 400.000 orang, berada dalam jaringan zona de-eskalasi yang disponsori Turki, Rusia dan Iran. Dengan adanya zona de-eskalasi tersebut, berarti tak boleh ada pihak yang melancarkan tindakan agresi. Namun rezim Asad, Rusia dan milisi-milisi Syiah dukungan Iran selalu melanggar kesepakatan Astana itu.

Sementara resolusi 30 hari gencatan senjata yang disiapkan oleh Swedia dan Kuwait, menyerukan evakuasi medis untuk 700 orang, terutama di daerah pinggiran Damaskus yang terkepung (diblokade), Ghouta Timur. Akibat blokade tersebut, selama 5 tahun terakhir, Ghouta Timur tak bisa mendapatkan bantuan makanan, obat-obatan dan layanan medis yang semestinya.

Oleh karenanya, gencatan senjata diperlukan agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Ghouta Timur dan kota-kota Suriah lainnya seperti Yarmouk, Al-Fu’ah dan Kafriya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan resolusi tersebut segera dilaksanakan.

“Saya menyambut baik resolusi Dewan Keamanan atas sebuah gencatan senjata di Suriah dan meminta semua pihak untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan dengan segera,” kata Guterres di akun media sosialnya. (S)

Sumber: Anadolu Agency

Baca Juga