Serangan Brutal Rezim Asad dan Rusia Ubah Ghouta Timur Jadi Puing dan Reruntuhan

Sejumlah bangunan di salah satu sudut Kota Harasta, Ghouta Timur, Suriah, menyisakan reruntuhan dan puing-puing akibat serangan udara dan darat yang dilancarkan oleh rezim Asad yang didukung Rusia dan milisi Syiah dukungan Iran pada Sabtu 17 Februari 2018. (Foto: Mouneb Taim/Anadolu Agency)

GHOUTA TIMUR (SALAM-ONLINE): Penindasan dan penyerangan rezim Basyar Asad serta Rusia terhadap wilayah Ghouta timur di Suriah sampai saat ini masih berlanjut. Ribuan warga sipil mencari perlindungan dengan melarikan diri. Banyak di antara mereka terpaksa menetap di tempat penampungan yang seadanya.

Sejak November 2017 lalu, Ghouta Timur yang posisinya berada di pinggiran Ibu kota Suriah, Damaskus itu, telah menjadi sasaran brutal rezim Asad.

Di bawah pengepungan rezim Suriah sejak akhir 2012 itu, Ghouta Timur saat ini berada dalam jaringan zona de-eskalasi (wilayah yang seharusnya terlarang melakukan tindakan agresi), sebagaimana kesepakatan Astana yang disponsori Rusia, Iran dan Turki. Namun Rusia dan rezim Asad beserta milisi Syiah dukungan Iran selalu melanggar kesepakatan itu.

Meskipun rezim Asad mengaku menyerang wilayah-wilayah pasukan oposisi yang mereka anggap “teroris”, namun foto-foto yang berhasil diambil Kantor Berita Turki Anadolu Agency di Haresta, salah satu wilayah di Ghouta Timur, Sabtu (17/2/2018), menunjukkan penyerangan dan pengeboman yang dilakukan justru menyasar warga sipil.

Foto-foto yang berhasil didapatkan tersebut menunjukkan puing serta reruntuhan bangunan dan rumah warga hancur lebur sehingga tidak bisa dihuni akibat serangan rezim. Jalan-jalan pun hampir sama sekali kosong tanpa warga sipil. Serangan brutal rezim Asad yang didukung Rusia dan milisi Syiah dukungan Iran telah mengubah segalanya. Ghouta Timur yang terus dibombardir menyebabkan pemandangan di wilayah ini berubah, menyisakan banyak puing dan reruntuhan bangunan.

2.700 Keluarga tinggal di Pengungsian

Kepada Anadolu, Hussam Beiruti, Kepala Dewan Lokal Haresta, mengatakan bahwa rezim Asad menyerang Ghouta Timur karena tujuan yang salah, yakni untuk membalas dendam.

Baca Juga

“Pasukan rezim membalas dendam atas distrik-distrik yang mana mereka berhasil dikalahkan oleh oposisi dalam tiga bulan terakhir. Rezim mengebom warga sipil di Haresta,” kata Beiruti.

“Rezim dan beberapa posisi militer sangat dekat (jaraknya) dengan kami, jadi kami terus menjadi sasaran,” ungkapnya.

Beiruti mengatakan ribuan keluarga meninggalkan Haresta karena serangan rezim yang sengit. Di samping itu sekitar 2.700 keluarga dipaksa tinggal di tempat penampungan dan ruang bawah tanah.

“Tiga bulan lalu 3.900 keluarga tinggal di distrik tersebut, namun hampir 1.200 keluarga terpaksa bermigrasi ke distrik lain,” terangnya.

Beiruti mengatakan bahwa keluarga  yang tinggal di tempat penampungan berada dalam keadaan sulit, karena banyak dari mereka yang tidak mendapatkan bantuan dan sulit mengakses layanan kesehatanMenurut Beiruti, sekitar 166 warga sipil, termasuk 13 anak kecil, terbunuh akibat serangan rezim di antara tenggat waktu 14 November 2017 dan 7 Februari 2018.

Beiruti mengungkapkan bahwa setidaknya 10.800 orang terpaksa tinggal di pengungsian. (MNM/Salam-Online)

Sumber: Anadolu Agency

Baca Juga