JAKARTA (SALAM-ONLINE): Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM-UI) Muhammad Zaadit Taqwa, yang meniup pluit dan mengacungkan “kartu kuning” ke Presiden Jokowi sebagi tanda peringatan, menolak diberangkatkan ke Asmat, Papua, oleh Jokowi. Zaadit memilih berangkat dengan biaya yang dihimpun sendiri.
“Jangan sampai uang negara cuma digunakan untuk memberangkatkan mahasiswa. Biarkan kami menggunakan uang kami sendiri untuk berangkat ke Asmat,” kata Zaadit seperti dikutip dihubungi detikcom, Selasa (6/2/2018).
Dia atas nama BEM UI dan BEM fakultas se-UI telah berkoordinasi dan akhirnya menghimpun dana lewat situs penggalangan dana di internet. Sejauh ini sudah terkumpul Rp 41 juta.
“Kita ingin berangkat pakai jalan mahasiswa. Melalui fundraising, kami mengumpulkan donasi pemberangkatan,” kata Zaadit.
Dia menyarankan uang yang sedianya bakal dialokasikan untuk pemberangkatan mahasiswa ke Asmat dialihkan ke hal lain yang bisa mempercepat perbaikan kondisi di Asmat. Namun soal waktu berangkat dan berapa orang yang akan ke Asmat, Zaadit belum bisa memastikan.
“Kita masih mencari orang yang bisa memberangkatkan,” ujar Zaadit.
Target nilai nominal donasi juga belum ditentukan. Rencananya, jika sudah mencapai Rp 50 juta, donasi akan diperpanjang lagi, namun batas maksimalnya belum ditentukan.
“Kita perlu berkoordinasi juga dengan banyak orang dan banyak pihak,” kata Zaadit.
Sebelumnya, Presiden Jokowi merespons soal aksi pemberian “kartu kuning” dari Zaadit ke dirinya. Salah satu sorotan Zaadit adalah soal problem gizi buruk di Asmat. Jokowi mungkin akan mengirim yang bersangkutan ke Asmat, Papua.
“Mungkin nanti, mungkin nanti, mungkin nanti ya, saya akan kirim, mungkin ketua dan anggota-anggota di BEM ke Asmat. BEM UI ya,” ujar Jokowi kepada wartawan di Pondok Pesantren Salafiyah Safi’iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (3/2). (*)
Sumber: detikcom