7 Tahun Perang, Rakyat Suriah Ingin Pulang
IDLIB (SALAM-ONLINE): Warga sipil suriah yang tinggal di Provinsi Idlib, mengaku rindu akan hari-hari peperangan berakhir dan mereka dapat kembali ke rumah masing-masing.
Sekitar 300.000 warga sipil suriah saat ini tinggal di desa Atma, Idlib, yang tepat berbatasan dengan provinsi Hatay, wilayah yang berada di sebelah tenggara Turki. Itu belum lagi yang mengungsi di luar Suriah, ke negara tetangga, seperti Turki, Yordan dan Lebanon.
Tanggal 15 Maret 2011 adalah awal pergolakan dan perjuangan revolusi rakyat Suriah yang menginginkan perubahan di negaranya. Pada 15 Maret 2018 adalah tanda bahwa peperangan antara rakyat Suriah dan rezim Basyar Asad telah berlangsung tujuh tahun lamanya. Waktu yang terbilang panjang untuk sebuah peperangan yang mengakibatkan kematian, kelaparan, keracunan dan sederet penderitaan lainnya.
Menurut PBB, selama peperangan berlangsung, setidaknya lebih dari 465.000 warga Suriah telah terbunuh.
Um Ayed, seorang warga sipil yang tinggal di kamp pengungsian di Atma, mengatakan kepada Kantor Berita Turki Anadolu Agency bahwa dia telah jauh dari rumahnya sejak enam tahun terahir.
Pria berusia 50 tahun itu terpaksa harus meninggalkan tempat tinggalnya, karena, kata dia, pasukan rezim Basyar Asad telah menyerang desanya dari sebuah pangkalan militer di Latakia.
“Kami hanya bisa kembali ke rumah kami setelah rezim Asad digulingkan,” kata Ayed seperti dikutip Anadolu Agency, Kamis (15/3).
Abdulrahman Lattuf, seorang warga sipil lainnya yang juga berada di kamp yang sama dengan Um Ayed, mengungkapkan bahwa dia harus melarikan diri pada 2013 ketika pasukan yang didukung oleh rezim Asad menyerang kampung halamannya di daerah pedesaan Damaskus.
Kembali ke rumah adalah sesuatu yang terus menjadi harapannya dalam lima tahun terakhir.
Lattuf, yang berprofesi sebagai insinyur mengatakan bahwa dia akan membangun kembali rumahnya saat perang berakhir nanti.
Sementara Omer, anak kecil yang berusia tujuh tahun mengaku tidak ingat saat meninggalkan rumah mereka.
“Satu-satunya yang saya ingat adalah rezim Asad yang membombardir rumah kami,” katanya.
Ahmed Zarzur (27 tahun), yang berasal dari desa Al-Hbit di Idlib, mengatakan, “Saat ini adalah tahun keenam sejak kami dipaksa keluar dari desa kami.”
Dia mengatakan, rumahnya di pedesaan selatan Idlib masih diserang oleh pasukan rezim. Kemudian, sama dengan lainnya, dia ingin kembali ke rumahnya jika rezim Asad tumbang.
“Kami akan kembali ke rumah kami saat rezim tersebut tumbang,” ujar Zarzur. (MNM/Salam-Online)
Sumber: Anadolu Agency