PBB: Pembantaian Rezim Asad dan Rusia terhadap Warga Sipil Ghouta ‘Tidak Dapat Diterima’

Seorang pria memeriksa sebuah rumah sakit yang hancur setelah rezim Asad dan Rusia melancarkan serangan udara di Ghouta Timur, Suriah, pada 21 Februari 2018. (Foto: Diaa Al-Din Samout/Anadolu Agency)

SALAM-ONLINE: Kekerasan meningkat di Ghouta Timur, meski PBB mengeluarkan resolusi gencatan senjata pada 28 Februari 2018 lalu. Rezim Basyar Asad serta sekutunya, Rusia, dan milisi-milisi Syiah dukungan Iran yang terus-terusan membantai dan membombardir warga sipil itu “tidak dapat diterima”, kata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada Ahad (4/3/2018).

Hampir 600 orang dilaporkan meregang nyawa dan lebih dari 2.000 orang terluka dalam serangan udara dan darat sejak 18 Februari lalu, kata koordinator kemanusiaan regional PBB, Panos Moumtzis. Ia mencatat, mortir yang ditembakkan ke daerah kantong oposisi di pinggiran ibu kota Damaskus itu telah membunuh dan melukai warga sipil.

“Kami melihat lebih banyak pertempuran, lebih banyak kematian, dan lebih banyak laporan tentang kelaparan dan rumah sakit yang dibom. Hukuman kolektif terhadap warga sipil ini tidak dapat diterima,” kata Moumtzis seperti dilansir Middle East Monitor, Ahad (4/3).

Baca Juga

Serangan udara rezim Suriah di Ghouta Timur yang terkepung dan penembakan ke daerah yang dikuasai oposisi itu merupakan kejahatan perang yang harus diadili, kata Komisioner Tinggi HAM PBB, Zeid Ra’ad al-Hussein.

“Pelaku kejahatan semacam itu di Suriah harus tahu bahwa mereka diidentifikasi dan berkas-berkas tersebut sedang disusun untuk penuntutan di masa depan,” kata Ra’ad al-Huusein seperti dikutip Reuters, Jumat (2/3). (S)

Sumber: Middle East Monitor

Baca Juga