Rezim Suriah Hampir Mendapatkan Kendali Penuh Ghouta Timur

Sebuah konvoi kendaraan yang membawa warga sipil dan pejuang tiba di provinsi Hama (Enes Diyab/Anadolu)

GHOUTA (SALAM-ONLINE): Pasukan rezim Suriah dilaporkan hampir memegang kendali penuh Ghouta Timur, daerah di dekat ibu kota Damaskus yang dikuasai kelompok oposisi, Aljazeera melaporkan Ahad (25/3/2018).

Dua dari tiga kelompok oposisi yang menguasai daerah kantong itu telah menyerah. Ribuan pejuang dan kerabat mereka pergi ke daerah-daerah yang dikuasai oposisi di bagian utara negara itu.

Kelompok oposisi ketiga, Jaisyul Islam, yang menguasai Kota Douma, sejauh ini menolak menyerah.

Namun, dilaporkan bahwa Jaisyul Islam juga hampir mencapai kesepakatan evakuasi setelah negosiasi dengan tentara Rusia, sekutu rezim Basyar Asad.

Koresponden Aljazeera, Zeina Khodr, melaporkan dari Beirut, Lebanon, pada Sabtu (24/3/2018) bahwa pembicaraan antara Jaisyul Islam dengan militer Rusia sebelumnya telah gagal karena penolakan kelompok itu untuk dievakuasi ke Idlib, sebuah provinsi barat laut yang masih berada di bawah kontrol oposisi, terutama Hay’ah Tahrir al-Sham (HTS).

“Jaisyul Islam tidak memiliki hubungan baik dengan kelompok oposisi yang mendominasi Provinsi Idlib,” kata Khodr.

“Apa yang kami pahami adalah mereka (Jaisyul Islam) mungkin dikirim ke wilayah timur … dekat perbatasan Lebanon,” tambahnya.

Transaksi evakuasi tercapai pada 18 Februari lalu.

Sementara pasukan rezim Suriah yang didukung jet tempur Rusia memperketat pengepungan mereka di Ghouta Timur dengan serangan militer berat yang menewaskan 1.500 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya.

Hampir 400.000 orang tetap tinggal di daerah kantong—di bawah kendali oposisi sejak pertengahan 2013—sebelum serangan terakhir dimulai.

Pada Rabu lalu, kelompok Ahrar al-Sham setuju untuk menyerahkan Kota Harasta setelah membuat kesepakatan evakuasi karena “pengeboman dan pengepungan (rezim) serta kurangnya obat dan tempat untuk bergerak”.

Dua hari kemudian, Faylaq ar-Rahman, kelompok oposisi yang mengendalikan Kota Zamalka, Irbin dan Jobar di Ghouta Timur, mengumumkan kesepakatan evakuasi serupa untuk para pejuang dan warga sipil ke Idlib.

Sebagai bagian dari kesepakatan, pertukaran narapidana antara Faylaq ar-Rahman dengan rezim Basyar Asad diperkirakan akan berlangsung, sementara militer Rusia akan dikerahkan ke daerah-daerah yang dikuasai kelompok tersebut.

Televisi rezim Asad menyiarkan cuplikan langsung dari delapan pria rezim Suriah yang dibebaskan setelah ditahan oleh Faylaq ar-Rahman selama lebih dari setahun.

Sejauh ini sekitar 5.200 warga Suriah telah dievakuasi dari Ghouta Timur, menurut kantor berita Anadolu, Sabtu (24/3).

Baca Juga

“Kami akan meninggalkan Ghouta tetapi suatu hari kami akan kembali,” kata Hazem al-Shami, seorang pengungsi. “Mereka telah berhasil membungkam revolusi, tetapi (revolusi) tak akan pernah mati,” ujarnya.

“Kami berulang kali meminta bantuan masyarakat internasional tetapi mereka tidak melakukan apa-apa. Ini waktu yang sangat sulit bagi kami, tetapi kami akan kembali (ke Ghouta).”

Tidak aman

Media rezim Suriah melaporkan bahwa tentara telah menghilangkan hambatan, ranjau darat dan perangkat peledak improvisasi di sepanjang jalan menuju Irbin. Hal ini dilakukan untuk membuka koridor baru bagi evakuasi.

Pada jam-jam awal hari Sabtu, bulldozer menyingkirkan rintangan pasir raksasa dari jalan utama di Harasta sehingga para pejuang dan keluarga mereka dapat diangkut ke utara.

“Ini adalah situasi yang sangat buruk. Anak-anak lapar karena pengepungan dan ketakutan oleh pengeboman itu,” kata seorang ibu yang dievakuasi dari Harasta.

“Mereka tidak punya susu. Kami memohon kepada lembaga-lembaga bantuan, tetapi tidak ada yang membantu kami.”

Namun, mereka yang memilih untuk dievakuasi tidak menuju ke tempat yang aman, menurut Khodr.

“Idlib bukan tempat yang aman; telah diserang dari udara selama bertahun-tahun sampai sekarang,” kata Khodr.

“Idlib juga penuh sesak. Lebih dari satu juta pengungsi dalam negeri Suriah ada di sana. Sebagian besar orang-orang ini pergi (mengungsi) ke tempat yang tidak diketahui. Banyak dari mereka tidak akan mendapatkan pekerjaan, jadi ini adalah situasi yang sangat sulit bagi orang-orang itu.”

Serangan udara militer Rusia dan rezim Suriah di Idlib telah meningkat dalam sepekan terakhir, membunuh puluhan orang.

Idlib juga bermasalah dengan pertempuran antara kelompok-kelompok oposisi.

Pada Sabtu, sebuah bom mobil meledak di markas besar HTS di Kota Idlib, merenggut jiwa sedikitnya tujuh orang dan melukai 25 lainnya.

Menurut PBB, sekitar setengah juta orang terbunuh dalam perang Suriah selama tujuh tahun. (S)

Sumber: Aljazeera

Baca Juga