Deadlock! PBB Gagal Membentuk Badan Penyelidik Serangan Gas Beracun di Suriah
NEW YORK (SALAM-ONLINE): Deadlock! Dewan Keamanan PBB gagal menyepakati rancangan resolusi pembentukan badan ahli baru yang bertugas menyelidiki serangan gas beracun di Suriah.
Rancangan resolusi yang disusun AS dan Rusia untuk membentuk lembaga ahli baru yang bertujuan menyelidiki serangan senjata kimia (gas beracun) di Suriah di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) berada di jalan buntu.
Pemungutan suara pada Selasa (10/4/2018) berlangsung di tengah perang kata-kata yang semakin tajam antara Washington dengan Moskow dan ancaman besar aksi militer Barat menyusul dugaan serangan gas beracun di kota Douma, Ghouta Timur yang dikuasai kelompok oposisi Suriah, Sabtu.
Rusia pertama kali memveto teks yang disusun AS terkait kewenangan untuk menetapkan siapa yang salah dan bertangungjawab atas serangan kimia di negara yang dilanda perang tersebut.
Dua belas anggota dewan memberikan suara mendukung. Namun Bolivia bergabung dengan Rusia dalam pemungutan suara yang menentang. Sementara Cina abstain.
Untuk lolos, sebuah resolusi membutuhkan sembilan suara dan tidak ada veto oleh lima anggota tetap: Rusia, Cina, Prancis, Inggris dan Amerika Serikat.
“Rusia berpendapat tidak dapat mendukung proposal AS karena diyakini akan mengarah pada bias. Proposal itu menurut Moskow ditujukan untuk melemahkan/menyudutkan rezim Suriah,” lapor koresponden Aljazeera, Mike Hanna dari markas PBB di New York, Rabu (11/4).
Ini adalah yang ke-12 kalinya Rusia menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan untuk menjegal tindakan terhadap rezim Basyar Asad, sekutu utama Rusia.
Kemudian, tawaran Rusia untuk membuat dan memulai penyelidikan juga gagal setelah resolusi yang diusulkan negara sekutu setia rezim Suriah itu hanya didukung oleh enam suara. Tujuh anggota memilih menentang dan dua abstain.
“Proposal Moskow sudah ada sejak beberapa bulan lalu, tetapi tidak pernah memperoleh daya tarik,” kata Hanna.
Dia mencatat mereka yang menentangnya percaya bahwa mekanisme yang diusulkan “tidak akan independen”, karena lembaga baru itu anggotanya akan ditunjuk oleh Rusia. Dan, “Badan itu sendiri tidak akan dapat menyalahkan atau mengidentifikasi pelaku,” ujarnya.
Rezim Suriah dan Rusia membantah serangan kimia terjadi di Douma, tetapi tim penyelamat dan petugas medis mengatakan bahwa puluhan orang atau setidaknya 85 warga sipil, mayoritas wanita dan anak-anak, meregang nyawa, setelah dari mulut dan hidung para korban tersebut mengeluarkan busa.
AS mengancam akan melakukan tindakan militer sebagai balasan atas serangan kimia itu, sementara Rusia telah memperingatkan “dampak besar” jika aksi militer terhadap Suriah itu dilakukan.
Nikki Haley, duta besar AS untuk PBB, mengatakan resolusi yang dirancang Washington “adalah minimal yang dapat dilakukan dewan keamanan untuk merespons serangan (kimia) itu”.
Rekannya dari Rusia, Vassily Nebenzia, membalas dengan mengatakan, “Mengapa Anda membutuhkan mekanisme ini ketika Anda sudah menyebut pihak yang bersalah sebelum penyelidikan?”
Resolusi ketiga, yang disusun oleh Rusia, untuk mendukung pengiriman para penyelidik dari badan pengawas senjata kimia global ke lokasi serangan yang dicurigai di Douma juga gagal diloloskan pada Selasa.
“PBB masih belum memiliki (kesimpulan) siapa yang benar-benar dapat memberikan pertanggungjawaban atas serangan-serangan kimia tersebut,” ungkap Hanna. (S)
Sumber: Alazeera