Dukung Negara Palestina & Zionis, Putra Mahkota Saudi: ‘Israel’ Berhak atas Tanah Mereka Sendiri

Pangeran/Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed Bin Salman

WASHINGTON (SALAM-ONLINE): Penguasa de facto Saudi Arabia, Putra Mahkota, Mohammed Bin Salman (MBS) mendukung tanah air dan negara untuk Palestina dan Zionis “Israel”. Dia menyatakan membela hak-hak, baik hak “Israel” maupun Palestina.

MBS mengatakan hal itu dalam sebuah wawancara pada Senin (2/4/2018) dengan majalah AS, The Atlantic, sebagaimana dilansir Kantor Berita Anadolu, Selasa (3/4).

Kepada Pemimpin Redaksi The Atlantic, Jeffrey Goldberg, MBS mengatakan setiap orang berhak untuk hidup di negara yang damai.

“Saya percaya Palestina dan ‘Israel’ berhak atas tanah mereka sendiri,” kata MBS, seraya menambahkan “tetapi kita harus memiliki perjanjian damai untuk menjamin stabilitas bagi semua orang dan memiliki hubungan normal.”

Ditanya apakah negaranya memiliki masalah dengan anti-Semitisme (permusuhan dengan Yahudi), MBS menepisnya, seraya menyebut sejumlah besar orang Yahudi di Arab Saudi yang berasal dari AS dan Eropa.

“Negara kita tidak punya masalah dengan orang Yahudi. Nabi kita Muhammad menikahi seorang wanita Yahudi, bukan hanya jadi teman,” ujarnya.

“Tidak ada masalah antara Kristen, Muslim dan Yahudi,” kata MBS lagi.

Baca Juga

Goldberg mencatat bahwa wawancara dengan Salman terjadi sebelum kekerasan mematikan baru-baru ini di perbatasan Jalur Gaza.

“Saya tidak percaya bahwa putra mahkota akan memoderasi pandangannya dalam peristiwa ini. Orang-orang Saudi, seperti banyak pemimpin Arab, sudah bosan dengan orang-orang Palestina,” kata jurnalis itu.

Pada Jumat (30/3) lalu, puluhan ribu warga Gaza berkumpul di perbatasan timur Gaza sepanjang 45 kilometer dengan wilayah jajaha “Israel”. Mereka berkumpul untuk menggelar aksi damai dengan tujuan menegaskan kembali hak mereka yang telah dirampas oleh penjajah Zionis. Para pengungsi yang diusir oleh Zionis ingin kembali ke rumah leluhur mereka di Palestina yang bersejarah.

Demonstrasi Jumat lalu menandai dimulainya protes enam minggu yang puncaknya akan berlangsung pada 15 Mei mendatang. Orang-orang Palestina menyebutnya sebagai Hari “Nakbah“ atau “Malapetaka”, menandai berdirinya negara ilegal “Israel” pada 15 Mei 1948 sekaligus puncak pengusiran dan penjajahan lebih dari 750.000 warga Palestina di tanah mereka sendiri.

Jumlah warga Gaza yang gugur oleh tembakan militer penjajah Zionis selama demonstrasi meningkat menjadi 18 orang. Sementara sekitar 1.500 orang mengalami luka-luka.

Para demonstran menuntut agar para pengungsi Palestina diizinkan mendapatkan hak untuk kembali ke kota-kota dan desa-desa tempat keluarga mereka dulu dmelarikan diri atau diusir ketika “negara Israel” didirikan secara ilegal (tidak sah), dengan cara merampas tanah air Palestina. (S)

Sumber: Anadolu Agency, theatlantic.com

Baca Juga