Ribuan Warga Suriah yang Dievakuasi dari Ghouta Timur Tiba di Al-Bab Aleppo
SALAM-ONLINE: Konvoi ke-17 yang membawa warga sipil dan pejuang oposisi dari kota Douma, Ghouta Timur, tiba di distrik Al-Bab, Aleppo pada Selasa (10/4/2018).
Konvoi 74 bus itu membawa 3.548 orang warga, termasuk 1.346 anak-anak dan 877 wanita, yang akan disediakan akomodasi di kamp pengungsi sementara Al-Bab.
Menurut koresponden Kantor Berita Anadolu di daerah tersebut, evakuasi tetap berlangsung dari berbagai wilayah Douma dan Ghouta Timur.
Al-Bab adalah wilayah di Aleppo yang sudah dibebaskan Turki dari Daesh (ISIS) dalam Operasi Euphrates Shield yang diluncurkan Turki pada akhir 2016.
Operasi, yang berakhir pada Maret tahun 2017 itu, sebagian besar berhasil membersihkan daerah perbatasan Turki-Suriah dari Daesh.
Setidaknya 50.000 orang telah dievakuasi dari Ghouta Timur sejak proses evakuasi dimulai pada 22 Maret 2018 lalu.
Evakuasi dilakukan sebagai bagian dari perjanjian yang diperantarai Rusia antara rezim Asad dengan kelompok-kelompok oposisi di Ghouta Timur.
Pada 24 Februari lalu, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengeluarkan Resolusi 2401, yang menyerukan gencatan senjata di Suriah, terutama di Ghouta Timur, sehingga memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut.
Namun resolusi gencatan senjata itu tak ditaati oleh rezim Asad dan Rusia. Rezim Asad yang didukung pesawat tempur Rusia tetap menggencarkan serangan brutalnya ke Ghouta Timur.
Sejak 19 Februari 2018 lalu, rezim Asad dan Rusia serta milisi-milisi Syiah dukungan Iran, melancarkan serangan yang lebih intens ke Ghouta Timur. Sejak itu sampai sekarang lebih dari 1.400 warga sipil terbunuh. Bahkan belakangan serangan menggunakan senjata kimia, demikian menurut pertahanan sipil setempat yang dikenal dengan nama White Helmets.
Ghouta Timur merupakan rumah bagi sekitar 400.000 penduduk yang sejak 2013 diblokade oleh rezim Asad sehingga wilayah yang dekat dengan ibu kota Damaskus ini mengalami kelumpuhan dalam lima tahun terakhir. Akibat blokade itu, pasokan makanan dan bantuan kemanusiaan seperti makanan yang sangat dibutuhkan tak dapat masuk.
Koflik Suriah sendiri dimulai sejak 15 Maret 2011 ketika rezim Asad menumpas demonstran dengan menggunakan senjata dan kekerasan yang tidak terduga. Warga Suriah yang saat itu berunjuk rasa menghendaki perubahan di negara tersebut.
Menurut PBB, ratusan ribu orang telah terbunuh dalam konflik yang berlangsung lebih dari tujuh tahun ini. (S)
Sumber: Anadolu Agency