Sebarkan Ideologi, Universitas Iran Dinilai Berdampak Negatif terhadap Budaya Suriah

Ali Akbar Velayati, Penasihat Senior Urusan Internasional Pemimpin Tertinggi Iran

SALAM-ONLINE: Seorang ahli dalam urusan Suriah, Abdul Hafiz Sharaf mengatakan langkah rezim Basyar Asad untuk membuka cabang universitas Iran di Suriah, akan berdampak negatif terhadap kancah budaya di Suriah dan meningkatkan “ketergantungan” negara yang tengah dilanda konflik itu pada Iran.

Sharaf mengatakan langkah serupa diambil sebelumnya ketika tatanan budaya Iran diizinkan untuk dibuka di sejumlah kota. Sharaf memandang tindakan ini sebagai “sebuah platform penyebaran ideologi revolusi Iran dan merekrut banyak orang untuk melaksanakan agenda tersebut”.

Sharaf mengingatkan, universitas-universitas Iran di Suriah “akan beroperasi di bawah naungan sains di depan umum, tetapi pada saat yang sama akan membangun basis akademis dan lulusan yang secara intelektual dan politik terkait dengan Iran”.

Diberitakan oleh kantor berita Iran, Tasnim, seorang penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran untuk urusan internasional, Ali Akbar Velayati mengatakan bahwa Basyar Asad telah mengeluarkan keputusan untuk membuka cabang bagi Universitas Azad Iran di Suriah.

Menurut lembaga itu, sebagaimana dilansir Middle East Monitor, Selasa (17/4/2018), Velayati yang juga kepala dewan pendiri Azad University itu telah mengirim pesan kepada Asad yang mengumumkan kesiapannya untuk mendirikan cabang universitas tersebut di Suriah.

Baca Juga

Pakar lain dalam urusan Timur Tengah dan Teluk, Hussein Abdul Hussein mengatakan pengaruh Iran di kawasan itu tidak terbatas pada penyediaan dukungan militer dan keuangan untuk kelompok yang setia kepada Teheran, tetapi mencakup apa yang disebut Iran sebagai “mobilisasi pendidikan”.

“Iran bekerja untuk memperkuat pengaruh politik, militer dan budaya di wilayah tersebut. Ini dimulai di Lebanon kemudian pindah ke Suriah, Irak, Yaman, dan dapat pindah ke negara lain di masa depan,” katanya.

Banyak universitas Iran memiliki cabang di sejumlah negara Arab seperti Qatar, Uni Emirat Arab, Oman dan Lebanon. (S)

Sumber: Middle East Monitor

Baca Juga