Baroud: Narasi tak Masuk Akal Gambarkan Orang Palestina ‘Teroris’

Ramzy Baroud: “Mengapa kita harus merasa bertanggung jawab untuk membuktikan bahwa kita bukan ‘teroris’? Kami seharusnya tidak meminta maaf untuk itu.”

Forum Media Palestina di Istanbul, Turki, Ahad 18 November 2018. (Foto: Jehan Alfarra/Middle East Monitor)

ISTANBUL (SALAM-ONLINE): Dalam kasus Palestina yang dijajah, Zionisme adalah narasi yang “sepenuhnya berdasarkan ide-ide palsu”, kata penulis Palestina Ramzy Baroud di hadapan forum media internasional untuk Palestina, di Istanbul, Turki, Ahad (18/11/2018) yang dilansir Middle East Monitor (MEMO).

Zionisme, yang merupakan dasar dari negara ilegal “Israel”, telah dikomunikasikan kepada dunia Barat untuk menjadi “kebenaran”, lanjut Baroud. “Tetapi, itu sangat sedikit hubungannya dengan ‘kebenaran’ atau kebalikan sepenuhnya dari ‘kebenaran’. Narasi Palestinalah yang merupakan kebenaran,” katanya.

Namun, orang Palestina “kehilangan” karena, “Selama 25 tahun kami telah terganggu oleh narasi proses perdamaian dan siapa pun yang menyimpang dari narasi ini digolongkan sebagai radikal, ‘teroris’ atau simpatisan ‘teroris’,” katanya dalam diskusi yang mengangkat ‘Wacana Global Narasi Palestina”.

Oleh karenanya, Baroud minta jangan ikuti narasi yang menggambarkan orang Palestina itu sebagai “teroris”. Orang Palestina dan mereka yang bekerja untuk mencapai hak-hak mereka, tutur Baraoud “tidak boleh membeli narasi tidak masuk akal yang menggambarkan orang Palestina sebagai ‘teroris’.”

“Mengapa kita harus merasa bertanggung jawab untuk membuktikan bahwa kita bukan teroris? Kita seharusnya tidak meminta maaf untuk itu,” ujarnya.

Ia melanjutkan, karena alasan inilah “korban Palestina” diciptakan, untuk menyebarkan gambaran lain tentang penyebabnya di media. “Jurnalis,” kata Baroud, “adalah bagian dari perlawanan kami” dan mereka “dapat membangkitkan sekali lagi persatuan Palestina … sehingga kita sebagai orang Palestina dapat menjadi utuh lagi.”

Baca Juga

Sejarawan dan penulis Palestina, Johnny Mansour, menambahkan bahwa Yahudi “Israel” tidak hanya menggunakan narasi Zionis untuk kepentingan tujuan-tujuannya. Ia juga menggunakan kebijakan yang menciptakan ‘yang beradab dan tidak beradab’, yang ‘hanya melayani satu tujuan dan satu tujuan saja: ‘negara apartheid Israel’.

“Tidak cukup bagi kami untuk mengatakan bahwa ini adalah ‘negara’ rasis, tetapi itu adalah ‘negara’ apartheid yang mempraktikkan fasisme,” kata mantan menteri Biro Tahanan. Issa Qaraqe, itu kepada para hadirin.

Sebagai bagian dari kebijakan fasisnya, dia menjelaskan, adalah fakta bahwa sejak 2015 “Israel” (Zionis) telah melewati lebih dari 185 undang-undang yang menentang Palestina.

Inti dari undang-undang ini adalah untuk memposisikan semua kegiatan Palestina sebagai aksi “teroris” dan menggambarkan penjajah Zionis menjadi orang yang tidak bersalah.

Menurut Wakil Direktur Jenderal Lembaga Internasional Al Quds, Ayman Zeidan, pendudukan/penjajahan Zionis telah mengosongkan Yerusalem (Al-Quds) dari warganya (yang asli).

“Kota ini akan tetap berada dalam konflik selama itu tetap diduduki/dijajah,” ia memperingatkan. (mus)

Sumber: MEMO

Baca Juga