Direktur Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta) M Rico Sinaga menyoroti media mainstream (arus utama) yang secara sengaja tidak memblowup sederet prestasi yang diraih Gubernur DKI Jakarta Anies R Baswedan dalam 13 bulan kepemimpinannya di Jakarta. Rico mengungkap fakta-fakta yang ‘ditenggelamkan’ oleh media arus utama tersebut.
JAKARTA (SALAM-ONLINE): Direktur Aliansi Masyarakat Jakarta (Amarta) M Rico Sinaga terang-terangan menyebut bahwa media arus utama (mainstream) telah ‘menzalimi’ Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan dengan sengaja ‘menenggelamkan’ sederet prestasi yang diraihnya.
Sejak dilantik pada 16 Oktober 2017, ujar Rico, patut diduga ada upaya ‘penzaliman’ terhadap Gubernur Anies oleh sejumlah media mainstream atau arus utama.
“Lihat saja, selama 13 bulan menjadi orang satu di Pemprov DKI, minim sekali sorotan media atas beragam kesuksesan Anies,” ungkap Rico kepada wartawan di Jakarta, Rabu (12/12/2018)
“Gubernur Anies telah ‘dizalimi’ media. Banyak prestasi yang ditorehkan Anies namun minim sorotan media, terutama media mainstream,” ujarnya.
Fakta terbaru, dia mengungkapkan, siaran langsung televisi Indosiar dalam laga pamungkas Liga 1 antara Persija Jakarta dengan Mitra Kukar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Ahad (9/12) lalu.
“Selama pertandingan, sama sekali kamera tidak menyorot Anies. Padahal seluruh The Jakmania tahu, Anies mengirimkan 2.000 orang untuk membereskan GBK agar bisa digunakan pada laga sore itu. Karena sehari sebelumnya GBK digunakan acara lain dan pihak GBK tidak sanggup bila membereskan dalam sehari. Sepanjang 90 menit tak ada wajah Anies dalam liputan,” kata Rico.
Bukan hanya itu, ketika host mengucapkan terimakasih laga ini bisa terselenggara di GBK, dia tidak menyebut sama sekali peran Gubernur DKI.
“Sepertinya sudah menjadi kesepakatan untuk selalu memblock Anies dalam setiap kemunculannya di GBK. Media televisi seperti sudah dapat instruksi ke mana kamera harus mengarah dan siapa yang tak boleh diliput,” paparnya.
Rico menilai, televisi telah menjadi alat (aparat) kekuasaan untuk tidak memberi ruang pada Anies sebagaimana terjadi saat Asian Games, bahkan pada saat Persija menjadi juara dalam Piala Presiden, Anies diadang Paspamres.
“Kali ini mereka tak bisa mengadang Anies, namun kamera televisi sepertinya diadang untuk tidak meliputnya,” sesalnya.
Hal lain yang tidak diliput media arus utama adalah keberhasilan Anies meraih 14 jenis penghargaan selama 13 bulan memerintah di Balai Kota DKI Jakarta.
Berikut daftar penghargaan yang diperoleh mantan Rektor Universitas Paramadina itu:
- Anugerah Obsession Awards 2018 pada katagori Best Achiever in Regional Leader.
- Top Pembina BUMD 2018 Award dari majalah Indonesia Business News.
- Universal Health Coverage (UHC) JKN-KIS Award.
- Opini WTP atas LKPD DKI Jakarta tahun 2017 dari BPK
- One Planet City Challenge dan We Love Cities 2018.
- 10 Penghargaan Kota Layak Anak 2018.
- Penghargaan Bapak Peningkatan Kompetensi Guru Indonesia dari IGI.
- Penghargaan Keterbukaan Informasi Publik 2018 dari KIP.
- Top 40 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018 dari Kemenpan RB.
- Penghargaan Perencanaan Pembangunan Terbaik.
- Penghargaan Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (INTEGRA) 2018.
- Penghargaan Grand Property Award.
- Tiga Penghargaan Sekaligus dari KPK di Hari Anti Korupsi Dunia, 5 Desember 2018. Pertama, kategori Pemerintah Daerah dengan Sistem Pengendalian Gratifikasi Terbaik Tahun 2018. Kedua, Pemerintah Daerah dengan Nilai Pelaporan Gratifikasi Terbesar yang Ditetapkan Menjadi Milik Negara Tahun 2018. Dan ketiga, Pemerintah Daerah Pelapor LHKPN KPK Terbaik pada 2018.
- Penghargaan Reksa Bahasa dari Kemendikbud RI.
Rico juga menyoroti sikap Komisi Penyiaran Daerah DKI Jakarta yang seolah tutup mata atas tidak berimbangnya pemberitaan terhadap Anies.
“Semestinya Komisi Penyiaran menegur pihak televisi yang seperti itu,” tegasnya. (*)
Sumber: suarakarya.id