Erdogan: Kekacauan di Eropa Diguncang Mereka Sendiri, bukan oleh Muslim
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan kekacauan keamanan di Eropa tidak diguncang oleh Muslim atau imigran, tetapi oleh orang-orang Eropa sendiri. “Kami menyaksikan kekacauan di jalan-jalan Eropa dengan keprihatinan,” ungkapnya.
ISTANBUL (SALAM-ONLINE): Pada Sabtu (8/12/2018) berikutnya, tak hanya Prancis, tetapi dua negara Eropa lainnya, Belgia dan Belanda, juga dilanda kekacauan. Tiga negara Eropa, Prancis, Belanda dan Belgia, diguncang demo ‘Rompi Kuning’.
Unjuk rasa bermula dari protes atas kenaikan pajak BBM, gas dan listrik oleh demonstran berompi kuning di Paris dan kota-kota besar lainnya di Prancis, sejak 17 November 2018 yang lalu, setiap Sabtu.
Merespons hal itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, kekacauan keamanan dan kesejahteraan Eropa tidak diguncang oleh Muslim atau imigran, tetapi oleh orang-orang Eropa sendiri.
“Dinding keamanan dan kesejahteraan yang begitu mereka banggakan mulai terguncang, bukan oleh migran atau Muslim, tetapi oleh warga mereka sendiri,” ungkap Erdogan di Istanbul, sebagaimana dilansir kantor berita Anadolu, Ahad (8/12).
Erdogan mengatakan bahwa mereka yang memicu sentimen anti-migran dan Islamofobia demi populisme politik kini jatuh ke dalam perangkap mereka sendiri.
Erdogan mengungkapkan, bagaimana dia mengikuti liputan di jalan-jalan di Eropa dengan keprihatinan.
“Kami menyaksikan kekacauan di jalan-jalan Eropa dengan keprihatinan,” ungkapnya.
“Aksi para pengunjuk rasa berompi kuning menunjukkan bahwa demokrasi, HAM dan kebebasan di Eropa telah gagal,” kata Erdogan.
Dia mengatakan, menentang kekacauan yang disebabkan oleh para pengunjuk rasa, tetapi juga menolak kekuatan tidak proporsional yang digunakan terhadap demonstran tersebut.
Sekitar 700 orang ditangkap dalam protes di Prancis pada Sabtu (8/12). Polisi menggunakan semprotan merica untuk menghadapi demonstran.
Protes serupa juga terlihat di timur laut, di Belgia dan Belanda.
Erdogan mengatakan simpatisan dari kelompok teror PKK dan DHKP-C juga berkontribusi terhadap kekacauan dalam unjuk rasa di beberapa negara Eropa tersebut.
Dia mendesak para pemimpin Barat untuk memberikan apa yang pantas para teroris itu dapatkan dan membuat mereka menghadapi hukum.
“Ketika Anda melakukan ini, tidak ada keraguan bahwa Anda akan memahami Turki lebih baik dan kami akan menjadi teman sejati Anda,” tambah Erdogan.
Dalam lebih dari 30 tahun kampanye teror melawan Turki, PKK—yang oleh Turki, AS dan Uni Eropa, masuk dalam daftar sebagai organisasi teror—telah bertanggung jawab atas kematian hampir 40.000 orang Turki, termasuk wanita dan anak-anak.
DHKP-C bertanggung jawab atas sejumlah serangan teror di Turki, termasuk serangan 2013 terhadap Kedutaan Besar AS di Ankara yang menewaskan seorang penjaga keamanan Turki. (mus)
Sumber: Anadolu Agency