Karena Kenaikan Harga dan Kekurangan Bahan Pokok, Sudan Dilanda Demo

Unjuk rasa kembali meletus di provinsi Gezira, Sudan, karena kenaikan harga dan kekurangan bahan pokok.KHARTOUM (SALAM-ONLINE): Demonstrasi digelar pada Senin (24/12/2018) di provinsi Gezira, Sudan, karena kondisi ekonomi yang memburuk di negara itu.

Saksi mata mengatakan kepada Anadolu Agency (AA) bahwa protes meletus di kota-kota Al-Manaqil dan Rufaa karena kenaikan harga dan kekurangan bahan pokok.

Polisi menggunakan gas air mata dan pentungan untuk membubarkan demonstran dan menangkap beberapa orang pengunjuk rasa.

Kantor berita SUNA yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa Presiden Omar al-Bashir akan berkunjung ke Gezira besok untuk mengumumkan “serangkaian proyek pembangunan baru”.

Sementara itu, dokter yang bekerja di 28 rumah sakit di sembilan negara bagian Sudan, termasuk ibu kota Khartoum, berencana melakukan mogok kerja untuk mendukung demonstrasi yang sedang berlangsung di negara itu.

Demonstrasi disertai kekerasan meletus Rabu (19/12) lalu di kota Atbara dan Port Sudan.

Dalam beberapa hari, unjuk rasa pun pecah di beberapa kota, termasuk Er-Rahad di Sudan utara, kota selatan Berber, El-Gadarif dan El-Obeid di Sudan timur.

Baca Juga

Sementara perkiraan resmi menyebutkan jumlah korban tewas dalam protes di delapan kota, berjumlah 22 orang.

Pada Ahad (23/12), aksi protes pecah di Omdurman, kota kembar dari ibu kota Khartoum, dan negara bagian Kordofan Utara dan Selatan.

Saksi mata mengatakan polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa yang berkumpul di pusat ibu kota Khartoum setelah pertandingan sepak bola di tengah teriakan melawan al-Bashir, yang berkuasa sejak 1989.

Pihak berwenang Sudan telah mengumumkan keadaan darurat dan jam malam di sejumlah provinsi terkait demonstrasi itu. Pejabat pemerintah menuduh Zionis merencanakan kelompok perlawanan untuk melakukan kekerasan di negara itu.

Sebagai negara berpenduduk 40 juta orang, Sudan telah berjuang untuk pulih dari kehilangan tiga perempat atas produksi minyaknya—sumber utama mata uang asing—ketika Sudan Selatan memisahkan diri pada 2011. (mus)

 Sumber: AA

Baca Juga