Serangan Bom di Kairo Bunuh Tiga Turis Vietnam dan Pemandu Mesir

Aksi bom di Mesir terjadi ketika sektor pariwisata—sumber penting pendapatan dari mata uang asing—pulih dari penurunan tajam dalam jumlah pengunjung sejak revolusi terjadi di negara tersebut pada Januari 2011.

Bus wisata yang terkena serangan bom di Giza, selatan Kairo, Jumat (28/12). (Foto: Mohamed El-Shahed/AFP)

KAIRO (SALAM-ONLINE): Tiga turis Vietnam dan seorang pemandu wisata Mesir tewas dan 11 lainnya cedera ketika sebuah ledakan bom menghantam bus mereka pada Jumat (28/12/2018) di Kairo, kurang dari empat km (2,5 mil) dari piramida di Giza yang terkenal di dunia, kata pihak berwenang, Middle East Monitor (MEMO) mengutip Reuters melaporkan, Jumat (28/12).

Ledakan itu adalah serangan mematikan pertama terhadap turis asing di Mesir selama lebih dari setahun. Aksi bom itu terjadi ketika sektor pariwisata—sumber penting pendapatan dari mata uang asing—pulih dari penurunan tajam dalam jumlah pengunjung sejak revolusi terjadi di negara tersebut pada Januari 2011.

Tidak ada pihak yang mengklaim berada di balik aksi tersebut.

Sembilan dari yang terluka adalah wisatawan Vietnam. Satu lagi pengemudi Mesir, demikian pernyataan resmi pihak berwenang.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan bus itu terkena ledakan dari perangkat improvisasi yang disembunyikan di dekat dinding di jalan Marioutiya sekitar pukul 18.15 (1615 GMT). Seorang penyelidik di tempat kejadian mengatakan alat itu kemungkinan ditanam di dekat dinding.

Salah satu sisi bus itu rusak parah dan jendela-jendelanya pecah, kata seorang wartawan Reuters.

Lusinan polisi, militer dan petugas pemadam kebakaran berada di lokasi ledakan, di sebuah jalan sempit di dekat jalan lingkar. Tidak lama kemudian, para petugas membawa sebuah truk pick-up untuk menarik bus.

Baca Juga

Mereka yang terluka dilarikan ke rumah sakit Al Haram. Perdana Menteri Mostafa Madbouly mengatakan kepada TV lokal bahwa seorang pemandu wisata Mesir meninggal karena luka-lukanya.

“Bus menyimpang dari rute yang diarahkan oleh pasukan keamanan,” kata Madbouly kepada Extra News TV.

“Kami telah melakukan kontak dengan kedutaan Vietnam untuk meredam dampak dari insiden itu. Dan yang penting sekarang adalah merawat yang terluka,” katanya.

Tentara dan polisi Mesir melancarkan serangan besar-besaran terhadap kelompok-kelompok militan pada Februari 2018 lalu. Serangan itu menargetkan Semenanjung Sinai serta daerah selatan dan perbatasan Mesir-Libya.

Rezim kudeta Mesir mengaku memerangi kelompok militan sebagai prioritas. Hal itu dilakukan, kata rezim, sebagai upaya mengembalikan stabilitas Mesir setelah tahun-tahun kekacauan terjadi dalam protes “Musim Semi Arab” (Arab Spring) tahun 2011.

Aksi pengeboman juga terjadi terhadap sebuah pesawat penumpang (komersil) Rusia tak lama setelah lepas landas dari Sharm el Sheikh pada 2015, menyebabkan jumlah wisatawan di Mesir anjlok.

Serangan mematikan terakhir terhadap turis asing di Mesir adalah pada Juli 2017, ketika dua orang Jerman ditikam hingga mati di resor Laut Merah Hurghada. (mus)

Sumber: MEMO

Baca Juga