Sudan Terima Bantuan Ekonomi dari Turki, UEA dan Rusia

Turki, UEA, Rusia menganggapnya sebagai masalah normal antara negara-negara sahabat mengingat keadaan (di Sudan) saat ini (yang memerlukan bantuan).

Pengunjuk rasa Sudan menggelar demonstrasi anti-pemerintah. Foto ini adalah Aksi demonstrasi yang berlangsung di Omdurman, Sudan, pada 20 Januari 2019. (Foto: STRINGER/AFP/Getty Images)

SALAM-ONLINE: Sudan yang diguncang lebih dari sebulan oleh protes anti-pemerintah, telah menerima bantuan ekonomi dari Turki, Uni Emirat Arab (UEA) dan Rusia, lapor Reuters, seperti dikutip Middle East Monitor (MEMO), Rabu (23/1/2019).

“Kami (Turki, UEA, Rusia) menerimanya sebagai masalah normal antara negara-negara sahabat mengingat keadaan (di Sudan) sekarang dan Sudan akan melalui (krisis) ini,” kata Menteri Perminyakan UEA, Azhari Abdul Qadir seraya menyebut bantuan itu termasuk bahan bakar, gandum dan lainnya.

Qadir tidak memberikan perincian tentang skala atau waktu bantuan.

Seperti diketahui, Sudan telah dilanda protes hampir setiap hari sejak 19 Desember 2018 lalu, di tengah memburuknya kondisi ekonomi. Demonstran menyerukan diakhirinya pemerintahan 30 tahun Presiden Omar al-Bashir.

Menteri Informasi Sudan Bishara Jumaa mengatakan pada Rabu (23/1) dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi milik Saudi, Al Arabiya, bahwa pemerintah telah “mengambil langkah-langkah” untuk mengakhiri krisis ekonomi. “Pada bulan Maret, insya Allah, masalah akan sepenuhnya diselesaikan,” kata Jumaa.

Presiden Bashir bertemu dengan Emir Qatar Syaikh Tamim bin Hamad Al Thani di Doha pada Rabu dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri sejak unjuk rasa dimulai di negaranya.

Menteri Luar Negeri Sudan Al-Dirdiri Mohammad Ahmad mengatakan Presiden Bashir telah berdiskusi dengan emir Qatar terkait “Krisis ekonomi yang dialami oleh Sudan, Upaya Negaranya untuk keluar dari krisis, peran negara-negara sahabat pada umumnya, dan Qatar khususnya, untuk membantu Sudan”.

Baca Juga

“Qatar mengulangi dukungan tegas dan berkelanjutan untuk Sudan,” ujar Al-Dirdiri kepada wartawan di bandara Khartoum setelah Bashir kembali dari lawatan luar negerinya.

Asosiasi Profesional Sudan (SPA), sekelompok serikat buruh yang memimpin unjuk rasa, menyerukan para demonstran untuk berkumpul di 17 wilayah ibu kota Khartoum pada Kamis (24/1) dan long march menuju Istana Presiden. Seruan itu adalah yang terbesar sejak dimulainya demonstrasi.

Jumaa mengatakan mereka yang menyerukan unjuk rasa pada Kamis ini adalah “politisi” yang berusaha membajak aksi protes tersebut untuk tujuan politik.

Unjuk rasa pada Kamis ini akan dimulai pukul 13.00 waktu setempat (1100 GMT), kata asosiasi itu. Dikatakan, asosiasi itu akan menyediakan fasilitas darurat untuk pengunjuk rasa yang terluka.

Pasukan keamanan telah menggunakan gas air mata dan terkadang amunisi untuk membubarkan demonstrasi serta menangkap para demonstran dan tokoh oposisi.

Korban tewas resmi lebih dari sebulan unjuk rasa berjumlah 26 orang, termasuk dua personel keamanan. Tetapi kelompok hak asasi mengatakan sedikitnya 40 orang telah tewas.

Sekitar 150 insinyur juga menggelar aksi protes di depan Engineers Club di Khartoum pada Rabu (23/1) sore. Mereka membawa rambu bertuliskan “CUTI”, kata saksi mata. (mus)

Sumber: MEMO

Baca Juga