Zona Aman Seluas 32 Km Akan Dibentuk di Suriah Utara
Zona aman mencakup garis perbatasan Turki-Suriah sepanjang 460 kilometer (286 mil).ANKARA (SALAM-ONLINE): Presiden AS Donald Trump mengajukan proposal untuk menciptakan zona aman di Suriah utara—sebuah gagasan yang berulang kali disuarakan oleh Turki sejak awal perang di negara itu.
Dalam sebuah postingan di Twitter pada Senin (14/1/2019), Trump mengusulkan pembentukan zona aman selebar 20 mil (32 kilometer) di wilayah Efrat Suriah timur. Kemudian pada hari itu juga, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengadakan pembicaraan telepon dengan Trump dan mengevaluasi rincian zona aman.
Di hadapan anggota parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang berkuasa di Turki, Erdogan mengatakan bahwa dia telah menekankan sejak pemerintahan Barack Obama, pentingnya menciptakan zona aman di Suriah.
Menurut Anadolu Agency, Selasa (15/1), pengukuran zona aman akan mencakup garis perbatasan Turki-Suriah sepanjang 460 kilometer (286 mil).
Zona aman akan mencakup permukiman di Raqqa utara dan Hasakah; itu akan melewati Sarrin dari barat ke timur, Ayn Issa utara, Suluk utara, Ras al-Ayn dan Tal Tamer bersama dengan Darbasiyah, Amude, Qamishli, Tal Hamis, Qahtaniyah, Yarubiyah dan al-Malikiyah.
Semua area, termasuk kota dan desa Shuyukh Tahtani, Ayn al-Arab (Kobani) Tal Abyad, Darbasiyah, Amude, Qahtaniyyah, Jawadiyah dan distrik al-Malikiyah akan dimasukkan ke dalam zona aman.
Garis zona dimulai di Suriah barat, dekat Sungai Sajur di Manbij timur. Pusat kota Manbij akan tetap berada di luar zona aman.
Di sisi lain, rezim Basyar Asad menguasai distrik Qamishli provinsi Hasakah, yang secara fisik sebenarnya masih termasuk dalam zona aman.
Perlu zona aman
Masalah zona aman pertama kali dibawa ke agenda global ketika Presiden Erdogan mengunjungi AS pada Mei 2013.
Erdogan mengusulkan rencana tiga tahap yang mencakup zona larangan terbang, zona aman bagi warga sipil dan melancarkan operasi darat bersama dengan pasukan koalisi.
Pejabat Turki telah berulang kali berbicara tentang membangun zona aman di negara yang dilanda perang itu.
Pembentukan zona aman sebelumnya diusulkan oleh Ankara dengan tujuan untuk melindungi penduduk sipil agar bisa berlindung di sana. Turki bekerja untuk membuat zona aman yang diusulkan sebagai daerah di mana semua warga Suriah yang terlantar secara internal dapat dikumpulkan atau warga sipil yang mengungsi di Turki dapat kembali dan menetap.
Dianggap hampir pasti bahwa orang-orang Suriah akan terus bermigrasi ke luar negeri—bahkan jika perang berakhir—terutama ke Eropa, karena kehilangan layanan sosial dan tempat tinggal. Negara-negara Eropa adalah pihak yang paling peduli dalam konteks ini.
Dalam langkah mengejutkan, Presiden AS Donald Trump Desember 2018 lalu mengumumkan rencana segera penarikan pasukan Amerika dari Suriah.
Trump menyampaikan proposal zona aman untuk Suriah utara itu dalam percakapan telepon dengan Presiden Erdogan. Kedua pemimpin sepakat tentang perlunya koordinasi yang lebih efektif terhadap negara yang dilanda perang itu.
Sementara Turki sendiri telah berulang kali menentang dukungan AS untuk kelompok teror PKK/PYD/YPG sebagai “sekutu yang dapat diandalkan” di Suriah. Dukungan AS itu termasuk memasok senjata dan peralatan.
Dalam 30 tahun kampanye terornya melawan Turki, teroris PKK telah merenggut sekitar 40.000 jiwa, termasuk wanita dan anak-anak. YPG/PKK adalah cabang PKK di Suriah. (mus)
Sumber: Anadolu