Nista, Caleg dan Kader Partai Joget-joget Injak Sajadah

 -CATATAN M RIZAL FADHILLAH, SH-

Para penegak hukum diharapkan lebih cepat mengambil langkah hukum atas berbagai peristiwa yang dikategorikan penistaan seperti ini. Efek jera dan takut untuk melakukan perbuatan serupa perlu dibangun.SALAM-ONLINE: Di medsos viral tayangan di atas panggung beberapa wanita dan seorang laki laki berjoget dengan diiringi irama dangdut. Nampaknya panggung berada di dekat Mushalla. Berjoget di atas alas empat buah Sajadah. Berlukiskan Masjid. Dan bahkan dengan tetap beralaskan sepatu.

Diketahui, Sajadah untuk shalat yang diinjak-injak untuk berjoget itu berada di RW 05 Cengakareng Timur, Jakarta Barat.

Aksi tersebut diduga dilakukan dalam rangka sosialisasi Caleg DPRD Provinsi DKI Jakarta dari PDIP, Doddy Akhmadsyah Matondang. Dalam video tersebut,kader dan politisi partai yang diketuai oleh Megawati Soekarnoputri itu terlihat dengan senang dan tertawa, berjoget di atas Sajadah. Menjadikannya seperti alas atau keset.

PDIP sendiri merupakan salah satu partai Pengusung Jokowi-Ma’ruf Amin di Pilpres 2019.

Bagi Muslim yang biasa shalat dan bersujud di atas sajadah tentu marah pada perilaku biadab orang-orang yang menginjak-injak sarana ibadah.

Entah sengaja atau tidak Sajadah diinjak-injak bagai keset. Berjoget atau senam di posko pemenangan kader PDIP. Hak mereka untuk berjoget atau senam. Namun menginjak alat ibadah umat Islam bukan saja keterlaluan, tapi penistaan. Aneh, ada Muslim yang rela Sajadahnya digunakan seperti itu. Mungkin dirinya tak pernah shalat, sehingga tak ada penghormatan sama sekali.

Baiknya masyarakat lingkungan Masjid sekitar menegur perilaku tercela ini. Apalagi dilakukan oleh orang yang mencari dukungan menjadi Wakil Rakyat. Bahaya jika Wakil Rakyat tidak hormat pada nilai-nilai keagamaan masyarakat. Model seperti ini akan jadi perusak negara, bangsa dan Agama.

Baca Juga

Pimpinan partai pun mesti peduli pada kader yang melakukan perilaku tak terpuji, menginjak-injak nilai nilai yang dijunjung tinggi umat. Sungguh jahil mereka itu. Bodoh, abai, dan hanya memikirkan kesenangan sendiri dan kelompoknya. Kader berkualitas abal-abal seperti ini tak pantas dipilih.

Rezim kini dirasakan kurang peka dalam membela Agama dari berbagai penistaan. Terjadi peningkatan tensi keberanian publik mempermainkan simbol-simbol keagamaaan. Mempolitisasi dan menciptakan keresahan dalan kehidupan beragama. Memancing kemarahan.

Para penegak hukum diharapkan lebih cepat mengambil langkah hukum atas berbagai peristiwa yang dikategorikan penistaan seperti ini. Efek jera dan takut untuk melakukan perbuatan serupa perlu dibangun. Tindak tegas tanpa pandang bulu baik kelompok maupun partai politik yang ada. Semua sama di depan hukum.

Menginjak-injak sarana tempat sujud dan beribadah umat Islam dinilai sangat menyakitkan. Tak bisa ditoleransi dan dibiarkan terjadi di masyarakat dan negara yang berideologikan Pancasila. Kecuali kita sudah berubah menjadi penganut ideologi kebebasan atau anti Tuhan.

Bandung, 19 Februari 2019

 -Penulis adalah Ketua Masyarakat Unggul (MAUNG) Bandung Institute

Baca Juga